Padahal senyumnya melekat di bibir, tak lebih tiga sentimeter dari matanya, tapi tak terlihat.
Lelaki yang dulu perfectionist itu sekarang sibuk mencari baju rombeng.
Habis sudah isi lemari yang dulu berisi tekukan rapi baju-baju warna hitam dan putih,
Lelaki yang dulu tak suka kopi itu sedang asik meneguk secangkir kopi dengan penuh nafsu.
Ia ingat pesan ibunya, "jangan suka minum kopi, nanti bebal!"
Lelaki itu sudah bebal, pesan ibunya bahkan dianggap seperti kicauan orang-orang galau.
Lelaki yang dulu membenci asap rokok itu sedang mondar-mandir mencari korek api.
Ia hendak menyulut sebatang rokok yang antre dari pagi di dalam sakunya.
Lelaki yang dulu pendiam itu sekarang banyak bicara.
Bualan dan umpatan kasar sering terlempar dari mulutnya.
Lelaki yang dulu dianggap tekun itu sekarang sudah culas.
Bahkan sebagian tetangganya sering membicarakannya setiap kali ia melintas pelataran rumah mereka.
Lelaki yang dulu malu-malu itu sekarang sudah tak tahu malu.
Entah kenapa, tapi katanya ia masih punya kemaluan.
Lelaki yang waktu kecil sering dengar lagu bahasa inggris dari saluran radio gelombang SW itu sekarang sibuk belajar bahasa inggris.
Katanya globalisasi menuntut kemampuan bahasa global, padahal melafal huruf 'F' saja masih terbata-bata.
Uhh malaikat tak bertanya menggunakan bahasa inggris di dalam liang kubur, tak akan sudi!
Lelaki yang sejak kecil belajar menulis puisi itu sekarang sedang bersajak.
Bersajak tentang kisah seorang lelaki.
Lelaki itu adalah ia yang sedang merenungi dirinya sendiri.
Lelaki itu sekarang bingung, bingung meneruskan sajaknya.
Aku minta ia berhenti, takut nanti keburu mati, mati kata.
Thanks for reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar