Jumat, 03 Oktober 2014

Sabtu Pagi

Selalu ada yang aku tunggu-tunggu setiap kali Oktober datang, bahkan lebih dari hari ulang tahunku. Secara tidak sengaja dan agak gila, aku pikir Billie Joe Armstrong mengarang lagu Wake Me Up When September Ends itu khusus untukku. Ya, untukku, orang di negeri antah berantah yang bahkan tukang parkir di kampus yang hampir setiap hari aku beri uang saja tak pernah tahu namaku, lalu berpikiran bahwa vokalis Green Day itu menulis lagu khusus untukku. Sudah sangat radikal caraku berpikir gila.

Aku mungkin bukan satu-satunya manusia di jagat raya ini yang paling berbahagia ketika September berakhir, tapi aku adalah satu-satunya orang yang paling berbahagia menunggu hujan datang di sore hari sehabis Ashar dan mulai riuh menjelang Maghrib pada bulan Oktober, dan berhenti ketika Iqomah mulai dikumandangan. Bahkan aku sedikit agak tidak peduli pada ulang tahunkku yang hanya tinggal esok hari. Gila. Mungkin. Tapi hujan bulan Oktober mampu membawa rindu pulang dari perasingan, melindapkan debu dijalan-jalan setapak, mengantar kunang-kunang dengan cahaya temaram menari disisa air kubangan pada malam.

Walau hujan di bulan Oktober tak lebih puitis dari hujan bulan juni milik Sapardi, tapi hujan bulan Oktober adalah hadiah bagiku, hadiah ulang tahun dari Tuhan: yang airnya turun dan bias di jendela kamar, sisanya turun ke tanah, dan menimbulkan bau-bau khas aroma kemarau yang luluh lantah diserbu serdadu dari langit basah. Pada saat itu aku akan berhenti, berhenti untuk berpikir, dan menikmati segala yang Tuhan berikan dari langit. Pada saat itu, semua kenangan datang, semua rindu pulang, tangkai-tangkai yang ditingal gugur oleh daun kembali bertunas, burung-burung bersarang, perahu kertas kembali berlayar, selokan kembali terisi, katak-katak bernyanyi dan kawin, bulan syahdu dan bintang gemintang sedikit malu-malu, nelayan asik mengais si bungsu. Semua kata berbicara, dan puisi-puisi membuat bait-bait tanpa sepengetahuan sang penyair. Ibu-ibu menggerutu karena jemurannya lupa diangkat. Ada juga yang asyik berteduh dibengkel-bengkel pinggir jalan sambil merapih-rapihkan pakaian, siapa tahu dapat kenalan. Tukang ojek bingung karena tak bawa jas hujan, padahal anaknya dua hari lagi harus bayar cicilan sekolah, akhirnya kejar setoran sambil basah-basahan, karena penumpangnya juga dikejar waktu gara-gara anaknya sakit perut di rumah.

Aku masih menunggu hujan bulan Oktober, sambil menemani beberapa rindu yang sudah mulai pulang. Aku ajaknya berbicara beberapa kata: menanyakan kabarnya dan mengajaknya bercanda. Mungkin ini yang dimaksudkan dalam lirik lagu Hotel California yang melegenda itu---you can check out anytime you like, but you can never leave. Barangkali nanti di Sabtu pagi bukan hanya ucapan selamat ulang tahun yang sangat basi yang aku dapat, tapi juga hujan bulan Oktober.





Thanks for reading...