Bagaimana pun aku tak ingin merusak devisa negara karena aku menulis ini untuk mengkampanyekan bahaya merokok. Walaupun tepatnya ini seperti lelucon dan cerita pribadi, tak seperti tema kampanye yang aku sebutkan. Tak apa, mungkin ini kebodohan yang disebabkan oleh rokok yang kuhisap didepan layar komputer sambil menulis tulisan ini. Aku juga tak ingin mendapatkan telepon dari lembaga anti perokok dan mengucapkan "Selamat anda sebagai perokok aktif, telah menjadi juru kampanye anti rokok dan menyelamatkan anak muda kita yang rentan terhadap bahaya merokok". Sedangkan saat itu aku berada di dalam ruangan etalase kaca, yang bertuliskan "Smoking Area", dan orang-orang yang tak merokok menatapku seakan aku adalah ikan idiot di dalam aquarium besar di sebuah kebun binatang yang berisi hewan-hewan pintar. Itu sangat menjijikan untuk dibayangkan, terimakasih.
Cukup, itu hanya lelucon yang membuatku semakin terlihat bodoh untuk mengkampanyekan bahaya merokok. Bahkan orang yang merokok setiap hari tak peduli dengan tulisan "Peringatan, rokok dapat menyebabkan anda............ Kehamilan". Menjijikan bukan.
Beberapa hal tak mampu aku mengerti, seperti rokok dan bahayanya. Lebih dari itu, suatu perasaan atau mungkin tindakan yang bisa berubah terhadap sesuatu yang sama. Aih, aku tak mampu menjelaskannya secara sains, pula tak bisa menjelaskannya seperti seorang Psikiater handal yang berdiri menatap taman kantornya sambil membelakangi si klien. Walaupun pada kenyataannya aku hanya berada didepan layar ajaib yang memunculkan setiap huruf yang aku ketik diatas keyboard ini. Tak, tuk, tak, tuk, tak, tuk. Seandainya alur kehidupan seperti mesin ajaib ini. Apa pun yang kita inginkan bisa muncul dengan mudah di hadapan mata. Beberapa kesalahan bisa kita hapus dengan cepat. Mungkin aku juga tak akan seperti ini, menulis setiap apa yang aku rasa. Seperti yang seorang Psikolog bilang, mengungkapkan kesedihan berarti mengurangi kesedihan anda. Sebenarnya aku tidak terlalu sedih untuk menuliskan kesedihan, tapi ada semacam perasaan aneh yang entah ini sedih atau mungkin bukan sedih, tapi masih berkaitan dengan kesedihan. Mungkin ini sepupuh jauh dari kesedihan. Setelah aku renungkan beberapa saat, aku putuskan ini bukan kesedihan atau pun kerabatnya.
Ada beberapa hal yang aku rindukan dari menulis. Mungkin aku terlalu lama tak membuat tulisan apa pun. Aku terlalu sibuk untuk mengerti keadaanku saat ini. Membaca situasi yang aku rasa berbanding terbalik dengan apa yang sudah terjadi. Ini tentang Gadis Hiragana, yang beberapa orang mungkin bosan membacanya. Beberapa orang mungkin tak tertarik membaca picisan ini. Gadis yang, jujur saja, membuatku lebih gila daripada merokok. Apa yang orang lihat dari diriku adalah, selalu mudah untuk melakukan apa pun. Dan yang paling konyol yang aku sadari adalah aku telah menyia-nyiakan waktu untuk mengungkapkan perasaanku kepadanya. Yap, tapi kadang kesalahan datang dari keegoisan sendiri. Entahlah, Selama aku tak menulis untuk blog-ku terlalu banyak kejadian yang tak mampu aku mengerti.
Saat ini, entah apa yang harus aku lakukan. Memulai dari nol terhadap orang yang sama ? Atau mencari jalan pintas dari rumitnya graph yang tak berujung seperti circles. Tidak, tidak, tidak, ini hanya karena, mungkin, karena tak ada aktivitas yang dilakukan bersama seperti biasanya. Aku tak ingin cinta yang terburu-buru. Aku ingin cinta yang dewasa, yang bukan hanya kata-kata atau kejadian aneh seperti di film televisi yang lebih nampak seperti dongeng pada zaman Kerajaan Majapahit. Tapi beberapa hal seperti penyesalan mulai mengekang. Memaksa untuk berbicara. Memohon untuk meminta. Berlarian dan menggangu jam tidur yang nyatanya tidaklah terlalu banyak. Hal inilah yang menyebabkan aku lebih sering terjaga setiap malam, tanpa melakukan apa pun bersama, lagi-lagi, sebatang rokok yang setia mengepul di dalam mulutku.
Hey, Gadis Hiragana. Apa yang berubah ? Adakah yang harus diubah ? Lihat lukisan pepohonan di dinding itu. Tanyakan padanya apa yang sudah terjadi ? Tanyakan.
Thanks for reading...