Ketika dalam diam pun waktu berlaku sama. Lalu kenapa banyak orang yang tak berusaha mengejar apa yang mereka inginkan ? Mereka itu termasuk aku. Orang yang membuang-buang waktunya di depan handphone dan televisi. Orang yang mengisi kegiatannya dengan mendengarkan siaran radio. Bahkan jam dinding pun membenciku karena jarang kuperhatikan gerak-geriknya, kecuali mendekati maghrib. Aku masih beruntung karena jam dinding itu tak pernah berusaha mempermainkanku. Dia berputar sesuai dengan rotasi bumi. Tak pernah melambat-lambatkan dirinya sendiri. Tak terbayangkan jika seluruh jam di dunia ini melambatkan dirinya sendiri. Di bulan Ramadhan ini bukankah hanya adzan maghrib yang paling mengerti keadaan kita ? Dan bisa dibayangkan oleh kita, kapan adzan maghrib akan hadir jika seluruh jam melambatkan dirinya ? Cacing-cacing diperutku pasti akan berusaha kabur karena tak dapat asupan makanan terlalu lama. Bisa kalian bayangkan pula, jika cacing dalam perut kalian mencoba kabur ? Itu menjijikan bodoh, tak perlu dibayangkan !
Sekarang, dalam diam ini aku tersadar; jika waktu yang berlalu tak dapat kuputar kembali. Detik demi detik yang terbuang tak mampu kudapatkan lagi. Mereka-detik pergi, berlalu dengan waktu yang terus datang tanpa henti. Aku hanya mampu menemukan jejak-jejaknya diantara kenangan, tapi tak bisa meraihnya lagi. Aku kehilangan sejumput waktu yang sudah Tuhan berikan. Seribu sesal di depan mata tak mengubah apa yang sudah kulewatkan. Peluang-peluang yang banyak terbuang membuatku menuntut ketidak adilan Tuhan. Padahal aku yang tak adil terhadap waktu. Aku yang mengacuhkannya sehingga merasa tak diberikan keadilan. Aku kerdil; banyak menuntut Tuhan tanpa merangkai waktu yang telah diberikan-Nya.
Tuhan.... Bisakah kita negosiasi ulang tentang takdirku ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar