Kembali dengan apa yang sudah dituliskan oleh Dee dalam bukunya yang berjudul Rectoverso itu. Jujur sebenarnya aku belum pernah baca buku Dee yang itu, aku dapat kata-kata itu dari laman web. Memang benar, kadang kita harus mencari jalan kita sendiri untuk mendapatkan sesuatu, bukan hanya terpaku pada satu jalan yang ada. Jika kita punya tujuan, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah buat jalan untuk mencapai tujuan itu, bukan hanya berharap biar waktu yang menjawabnya. Go with the flow adalah kalimat yang paling klise yang selalu terdengar dalam setiap situasi, terutama saat situasi itu sangat tidak memungkinkan untuk ditaklukan, atau lebih tepatnya adalah lebih baik menunggu keajaiban Tuhan daripada mengambil resiko. Ingatlah kutipan Sutan Sjahrir yang diambil dari sebuah puisi karangan Friedrich Schiller, bahwa hidup yang tak pernah dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan. Resiko itu ada untuk diambil bukan dihindarkan, dan aku percaya akan hal itu. Aku tak pernah melihat kegagalan pada setiap orang yang berani untuk take a risk, semuanya selalu berhasil. Begitulah kenyataan yang selalu aku lihat dari setiap film yang pernah aku tonton. He.. He.. He.. Tapi, jujur ya, banyak dari sebagian film itu yang memicu semangatku untuk tidak takut mengambil resiko, dengan catatan bahwa setiap resiko yang akan diambil harus sudah diperhitungkan, atau bahasa kerennya calculated risk - udah tahu kok oooom.
Nah terus apa lagi? Aku bingung mau lanjutin tulisannya, habis main content-nya keburu dibahas duluan sih. Biasanya sambil bingung nanti tiba-tiba muncul ide yang tanpa diduga-duga. Just write, dan lupakan pakem bahwa menulis harus sesuai tema atau menunggu ide datang. Just write!
Sekali dua kali sambil menunggu ajal aku sering melamun, tepat sebelum tidur. Menurut penilitian yang dilakukan di negeri antah brantah dan tak peduli siapa yang menilitinya, lamunan sebelum tidur biasanya berisi tentang hal-hal yang notabene sulit untuk menjadi kenyataan. Tapi kan katanya nothing is impossible dan hidup selalu berawal dari mimpi. Seperti yang Andrea Hirata tuliskan dalam bukunya, bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Jika bukan karena buku Tetralogi Laskar Pelangi yang dituliskan oleh Andrea Hirata, mungkin tak sekalipun aku berani untuk mulai bermimpi. Mungkin aku akan selamanya lelap tertidur dalam kefanaan dan ketidakmungkinan dunia yang aku hadapi, lalu terbawa arus ke lautan yang penuh dengan hiu yang sedang lapar. Tebak apa hasilnya? Sebelum sampai ke lautan yang penuh dengan hiu yang sedang lapar itu, aku pasti sudah berjabat tangan untuk deal-deal-an dengan Malaikat Ijroil, sebab aku tak sedikit pun bisa berenang.
Kamu tahu apa yang sedang kamu baca, sebuah tulisan dari seseorang yang di dalam kepalanya terdapat banyak ide-ide dan hal-hal gila yang belum sempat terlimpahkan. Sebuah kumpulan dari banyak kesimpulan atas hal-hal yang sudah aku baca, aku lihat, aku dengar, aku pelajari. Dari kepala Pramoedya, Sujiwo Tejo, Dee, Andrea Hirata, Sapardi, Eric Weinner, dan banyak lagi. Ini bukan tentang aku, tapi tentang segala realita yang terlintas di kepalaku yang menolak segala pura-pura.
Nah terus apa lagi? Aku bingung mau lanjutin tulisannya, habis main content-nya keburu dibahas duluan sih. Biasanya sambil bingung nanti tiba-tiba muncul ide yang tanpa diduga-duga. Just write, dan lupakan pakem bahwa menulis harus sesuai tema atau menunggu ide datang. Just write!
Sekali dua kali sambil menunggu ajal aku sering melamun, tepat sebelum tidur. Menurut penilitian yang dilakukan di negeri antah brantah dan tak peduli siapa yang menilitinya, lamunan sebelum tidur biasanya berisi tentang hal-hal yang notabene sulit untuk menjadi kenyataan. Tapi kan katanya nothing is impossible dan hidup selalu berawal dari mimpi. Seperti yang Andrea Hirata tuliskan dalam bukunya, bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu. Jika bukan karena buku Tetralogi Laskar Pelangi yang dituliskan oleh Andrea Hirata, mungkin tak sekalipun aku berani untuk mulai bermimpi. Mungkin aku akan selamanya lelap tertidur dalam kefanaan dan ketidakmungkinan dunia yang aku hadapi, lalu terbawa arus ke lautan yang penuh dengan hiu yang sedang lapar. Tebak apa hasilnya? Sebelum sampai ke lautan yang penuh dengan hiu yang sedang lapar itu, aku pasti sudah berjabat tangan untuk deal-deal-an dengan Malaikat Ijroil, sebab aku tak sedikit pun bisa berenang.
Kamu tahu apa yang sedang kamu baca, sebuah tulisan dari seseorang yang di dalam kepalanya terdapat banyak ide-ide dan hal-hal gila yang belum sempat terlimpahkan. Sebuah kumpulan dari banyak kesimpulan atas hal-hal yang sudah aku baca, aku lihat, aku dengar, aku pelajari. Dari kepala Pramoedya, Sujiwo Tejo, Dee, Andrea Hirata, Sapardi, Eric Weinner, dan banyak lagi. Ini bukan tentang aku, tapi tentang segala realita yang terlintas di kepalaku yang menolak segala pura-pura.
Setiap tulisan merupakan dunia tersendiri, yang terapung-apung antara dunia kenyataan dan dunia impian - Pramoedya Ananta Toer
Thanks for reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar