Rabu, 18 April 2012

Ini Mimpi ? Harus Nyata !

Ini bukan hal yang mudah, saat engkau memiliki mimpi yang terlalu berlebihan. Semua mimpi memang tak dapat terwujud, tapi kamu bebas untuk selamanya bermimpi.

Hidup dari keluarga yang sederhana, aku mencoba mengepakan sayap untuk bermimpi sampai Eropa. Aku belum genap 20 tahun, kuliahku masih seumur jagung, itu karena aku pernah mengalami kegagalan pada awal kuliahku dulu, tapi mimpi seorang anak desa untuk sampai Eropa memang sangat berlebihan. Seharusnya aku bersyukur karena orang tuaku mampu memberikan ku pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi, tapi aku manusia yang terlahir dengan rasa haus akan kepuasan. Aku selalu ingin mendapatkan lebih dan lebih, bukankah seperti itu yang kita pelajari tentang manusia sebagai mahluk sosial.
Disana yang orang bilang benua biru, disana tempat peradaban manusia yang canggih, disana tempat mode dan fashion berkembang, disana tempat dimana aku ingin mengepakan sayap.

Hasrat ingin melihat eiffel yang angkuh, yang tak peduli dengan apa yang terjadi disekililingnya. Nenek tua menyebrang jalan dengan tergopoh-gopoh, bayi menangis dalam pelukan ibunya, anak kecil bersepeda ria di bawahnya. Itu adalah gambaran Prancis yang ada dalam benakku selama ini.

Berfoto di dalam colosseum, mengungkap sejarah tentang venetaiones, noxii, naumachiae dan munera. Lalu singgah di Juventus Stadium untuk menyaksikan team sepak bola kebanggaan ku bertanding. Itu jika aku menginjakan kaki di daratan italia, betapa indahnya semua itu jika menjadi sebuah kenyataan.

Tapi tujuan utama menuju Eropa bukanlah untuk sebuah liburan, kapanpun kamu bisa berlibur jika kau sudah ada disana. Aku ingin melanjutkan kuliah ku disana, tempat tekhnologi canggih berkembang, kiblat dari seluruh budaya di dunia.

Kau tahu orang terpintar di Indonesia ?
Presiden ketiga Indonesia, apakah kau ingat ?
Ya Prof. B.J. Habiebie pernah mengenyam pendidikan disana, tepatnya di negara Jerman yang terkenal dengan panser dan tembok berlinnya, atau mungkin kalian lebih mengenal Jerman dengan Adolf Hitler, seorang ditaktor kejam yang menjadikan Nazi sebagai partai tunggal di Jerman.

Eropa ohh Eropa, aku ingin berkelana disana, menemukan berbagai macam bahasa, melihat banyak wajah-wajah asing, menyentuh salju, melihat indah sepak bolanya, menikamti pendindikan yang ada disana dan memakai almamater suci dari universitas ternama miliknya.

Jiak setiap orang berhak bermimpi, maka aku pun sedang bermimpi untuk mencapai Eropa. Jika tuhan menjadikan mimpi orang lain menjadi nyata, maka aku pun berhak mendapatkan apa yang orang lain dapatkan dari tuhan.

Aku akan mencapainya Eropa..........................................................

Sabtu, 14 April 2012

Lihatlah, Apa Kita Sadar ?

Dari sisi yang sangat umum mengungkap tabir didataran ibukota, sebuah cerita yang berlarut lama sampai puluhan lagu tercipta untuknya, ribuan cerita mengkisahkan tentangnya. Anak jalanan potret kejam dari ibukota yang katanya menjajikan semuanya.

Jakarta.....Ohh Jakarta..........

Pagi hari dia keluar, Budi usia 7 tahun tak mau kalah dengan mereka atau kita yang juga bangun pagi untuk berangkat bekerja. Sementara kita masih sempat menyantap sarapan, tapi mungkin Budi masih mencari atau menunggu sisa dari apa yang kita santap.

Baju dan celana yang kemarin, karung kecil, dekil, melekat dipundak.
Kenapa kau terus berjalan nak ?
Dimana ibumu ?
Dimana ayahmu ?
Dimana saudara-saudaramu ?
Apa kau hidup sendiri ?




Oke kita peduli, tapi kau lihat karung kecil yang tampak dekil itu, karung itu lebih peduli padanya. Ya karung itu jadi benteng dari lapar yang memanggil setiap saat. Bahkan pohon kota rela  menunggu kawannya itu yang setia untuk bersandar selepas bekerja.

Sore itu sebelum magrib, dia pulang ke gubuk liar yang ada dipinggir kali. Mata para penjaga yang ada didalam ruang kerjanya menjadi saksi nyata aktivitas yang sudah terbiasa, namun mereka hanya mampu menggelengkan kepala dan mengusap dadanya.


Dari gubuk itu terlihat mentari teenggelam, langit mulai menghitam, tapi masih terlihat sedikit lembayung diupuk barat, dan kelalawar mulai keluar.
Budi masih tersenyum bersama Gali, teman sesama anak jalanan usia 6 tahun. Mereka membagi nasibnya, mereka gadaikan hidupnya di ibukota, mereka mungkin tak tahu jika mereka sedang menempu jalan gelap yang penuh lubang dan berduri.
Mereka masih terlalu polos, mereka harusnya ada disana, di sekolah dasar bersama teman-teman sebayanya, mereka seharusnya ada disana mengejar layangan dengan anak tetangga, mereka seharusnya ada disana bersepeda dengan gadis cilik yang disukainya.

Tapi kita pura-pura buta dengan apa yang terjadi padanya, kita pura-pura tuli terhadap tangisnya disetiap malamnya. Kita menghakimi mereka sebagai kutu jalanan ibukota, tanpa sadar bahwa mereka mempunyai hak yang sama untuk hidup, mereka mempunyai tangis yang sama dalam setiap doanya.


Rabu, 11 April 2012

Dibalik Tawaku

Aku menyimpan semuanya dalam tawaku, rasa sedih, senang, marah, cinta, rindu, kecewa, kesal, takut, penasaran, dan semua yang terbentuk karena emosi.
Cukup aku katakan Heu...Heu....Heu... atau kalian lebih sering menemukannya dengan tulisan "heuheuheu".
Aku mungkin hanya mengungkapkannya dengan sederhana, tapi untukku itu penuh dengan makna. Saat aku senang, aku akan senang dengan se-senangnya. Lalu aku bisa marah dengan marah yang se-marah-marahnya, tapi sesaat itu pula semuanya akan hilang dengan heuheuheu. Tawa itu bisa meredakan semuanya sehingga berjalan dengan tidak terlalu. Terlalu senang, terlalu sedih, terlalu marah semua yang terlalu itu tidak baik. Tingkat emosi yang terlalu hanya akan menimbulkan rasa kebencian, dan aku tak pernah membenci orang lain sejak yakin karma itu ada. Yaa... Karma, apa kalian percaya ?

Karma dalam arti yang luas, begini saja aku mengartikan karma adalah balasan dari tuhan, tapi belum tentu balasan itu sama atau setimpal dengan apa yang kamu perbuat kepada orang lain. Belum tentu sama atau setimpal itu bisa saja karma yang menimpa dirimu lebih berat dari apa yang pernah kamu lakukan kepada orang lain, atau sebaliknya.

Contoh : Kamu pernah mati-matian mencintai pacar kamu tapi pada akhirnya dia pergi dengan orang lain setelah menguras habis semua harta kamu. Ternyata dahulu ayahmu pernah berbisnis dan membawa uang orang lain sehingga orang itu tidak bisa membeli obat untuk anaknya yang sedang kena bisul dipantat.
Atau contoh lainnya ibumu pernah memberikan anak tetangga obat merah waktu dia terjatuh dari sepeda, sepuluh tahun kemudian saat ibumu sudah meninggal kamu punya anak yang membutuhkan donor ginjal lalu ada orang yg ikhlas mendonorkan ginjalnya.
Itu yang aku maksud karma selama ini, itu lah yang menakuti ku untuk membenci orang.

Balik lagi ke "heuheuheu". Lah terus aku pernah punya pacar, dia bilang aku gak pernah bisa serius, semua kawanku juga bilang aku gak bisa serius, loh kalau aku gak serius gimana bisa aku nulis blog ini, coba kamu bayangin dulu, kalau sudah selesai lanjut lagi baca blog-nya.

kalau aku pake heuheuheu berarti aku lagi serius, harus tepat heuheuheu, huruf pertama itu H, huruf kedua E, ketiga U, dan diulang sebanyak tiga kali, maka akan berbunyi Heu...Heu...Heu, atau tadi sudah ku bilang kalian lebih sering menemukannya dalam tulisan "heuheuheu". Apabila lebih dari itu maka perayalah aku sedang bercanda dan tidak serius sama sekali. 

Heuheuheu.

Aku harap kalian dapat pesan moral dari tulisan yang kalian baca ini, karena hidup itu asyik dan bukan hanya untuk mengerti "heuheuheu". Ingatlah karma, dan ingatlah jangan terlalu berlebihan dalam mengekspresikan emosi kalian. Dan aku yakin kalian pasti mengerti aku serius walaupun aku lupa menulis "heuheuheu" karena terlalu serius.

Rabu, 04 April 2012

Singkat Kisahku

Ini adalah awal saya mempublikasikan tulisan saya di blog yang bernama Kaca Buku. Saya hanya ingin menulis sedikit tentang pribadi saya sebagai pemilik akun ini.

Nama saya Ahmad Abdul aziz, lahir di Bogor 4 Oktober 1992 disebuah desa yang mulai terkontaminasi oleh era modernisasi. Sawah-sawah yang dulu indah sudah mulai rata oleh mesin-mesin jahat milik kontraktor, meter demi meter mulai merata dan terlihat merah, begituah kisah yang disampaikan oleh kedua orangtua saya.

Tahun kelahiran saya adalah tahun terakhir para petani menanam padi, dan tahun terkhir gembala menjaga ternaknya. Yaa ... saya tak pernah tahu betapa indahnya bermain di sawah, ingin sekali merasakannya sebagai anak yang lahir dipedesaan.

Pada tahun 1998 saya memulai pendidikan saya disebuah sekolah dasar, SDN 01 Bojongkulur adalah tempat pertama kali saya mengenal pendidikan. Tepatnya satu bulan setelah berakhir rezim orde baru yang berkuasa selama 32 tahun, dan awal berdirinya masa reformasi.

Pada tahun 2004 melanjutkan pendidikan menengah di SMPN 03 Gunung Putri, sekolah yang menjadi favourit anak-anak SD kala itu. Semua siswa yang bersekolah di SDN 01 Bojongkulur pasti pernah bermimpi untuk bersekolah disana. Mungkin tak begitu bagus, tapi pasti itu adalah sekolah SMP pertama yang pernah mereka lihat walau hanya sebagian atapnya saja ketika melintas di jalan raya.

Tahun 2007 saya harus pergi ke sebuah pondok pesantren di kota bogor, saya melanjutkan tingkat pendidikan saya ke Sekolah Menengah Atas Yayasan Sirojul huda. Tak begitu lama dan hanya cukup delapan bulan maka saya harus pergi meninggalkan tempat itu karena ketidak cocokan dengan keadaan sosial disana. Sebenarnya masuk kesebuah pondok pesantren bukanlah keinginan saya, itu adalah keinginan dari ayah saya yang punya obsesi memiliki anak seorang alim ulama, tapi sayang tak sejalan dengan apa yang saya mau. Akhirnya saya memutuskan untuk pindah sekolah ke SMA Mutiara Baru di kota Bekasi. Sekolah yang indah dan nyaman, semua fasilitas untuk kegiatan sekolah begitu lengkap disana. Lapangan olahraga yang luas, laboratorium yang bersih dan nyaman, perpustakaan dengan buku yang lengkap, dan mushola yang damai untuk beribadah. Tapi entah kenapa saya hanya menghabiskan waktu 6 bulan disana, saya tiba-tiba merasa tidak cocok juga dengan situasi disana. Akhirnya saya memutuskan untuk hijrah kembali di SMAN 15 Bekasi. Sekolah yang tak begitu bagus kala itu, karena sekolah masih dalam proyek pembangunan, tapi percayalah ketika anda bersekolah disana maka anda akan merasa didalam lingkungan keluarga yang sangat hangat dan harmonis.

Sekarang saya sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Persada Indonesia YAI, dan berkonsentrasi pada program studi teknik informatika. Sebelumnya saya sudah melewati satu semester di Universitas Slamet Riyadi dengan program studi yang berbeda, sehingga saya harus mengulang kembali pendidikan tinggi saya. Seharusnya saya berada disemester empat, tapi mau tak mau sekarang saya harus ada dibawah teman-teman seangkatan saya ketika sekolah, karena sekarang  saya baru menapaki semester dua.