Senin, 10 September 2012

Kakek Tengik

Hari ini lagi-lagi awan mendung dan gelap sekali. Aku kira hujan turun. Semoga kalian mafhum karena aku pecinta hujan. Hujan itu sumber inspirasi untukku. Aku sangat senang membuat karya tulis saat atau pun setelah hujan.

Ini september yang penuh kepalsuan. Bukan hanya cinta yang bersekongkol dengan harapan palsu. Tapi hujan pun kini sudah menjadi kongsi dari harapan palsu yang kian marak terjadi. Mungkin karena ketularan penjabat negara kita yang suka memberi harapan palsu pada rakyatnya. Sampai-sampai alam pun turut serta dalam tragedi pemberian harapan palsu.

Sore ini aku mendapatkan kabar bahwa ada seorang mahasiswa yang ingin membuat skripsi. Menurut ayah dan ibuku ia adalah mahasiswa jurusan sejarah, tepatnya calon sejarahwan. Ia ingin mengupas tentang makam keramat peninggalan zaman belanda di belakang halaman rumahku. Makam Raden Kapitan Saleh begitulah nama yang sering orang sebut, bahkan wikipedia pun menuliskan kisah makam itu secara singkat dalam sejarah desaku. Tapi kami (penduduk setempat) lebih akrab memanggilnya Makam Mbah Raden.

Sayang, mungkin nasib mahasiswa itu kurang beruntung. Karena ayah dan ibuku belum sempat menceritakan sejarah makam itu secara utuh. Seandainya esok ia kembali lagi aku pastikan ia akan mendapatkan informasi yang sangat akurat.

Ia tak banyak menggali informasi tentang makam itu. Sebenarnya ayahku ingin menceritakan sejarahnya secara mendetail. Tapi mahasiswa itu cepat bergegas pulang karena sudah muak dengan kelakuan kakek tua yang tinggal kost di rumah tanteku.

Seperti biasa kakek tua itu (sampai saat ini aku tak tahu namanya) setiap sore suka nangkring di rumahku. Aku sebenarnya sangat tak ingin melihat wajahnya yang keriput dan badannya yang sudah memulai membungkuk. Bukan tanpa alasan aku tak menyukainya. Dia sangatlah centil kepada gadis-gadis disekitar rumahku. Itulah sebabnya aku tak menyukainya. Menurutku, kelakuan seperti itu sangat tidak menjaga martabat seorang pria yang sudah mulai sedikit populasinya dibandingkan dengan wanita.

Doaku hari ini; Semoga mahasiswa itu kembali lagi esok hari untuk meneruskan observasinya tentang Makam Raden Kapitan Saleh. Dan jikapun tak kembali lagi, semoga ia mendapatkan bahan skripsi yang lebih baik.


Thanks for reading......

6 komentar:

  1. dear mas aziz, bisa saya diceritakan tentang mbah raden?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti saya usahakan dapat informasi lebih untuk menceritakannya. Mohon diberi waktu yak mas..

      Hapus
  2. sampai sekarang , belun ke ungkap sejarah makam itu.. mas

    BalasHapus
  3. Belum, cerita dari orang-orang tua di desa saya pun semuanya hampir sama...

    BalasHapus
  4. coba ajah ke 2 dunia zis..
    Yang acara di tras 7 ituu..

    BalasHapus
  5. Apakah sudah ada sejarah lengkapnya?

    BalasHapus