Tak ada lagi hujan di awal Juni ini. Malamku cerah bercahaya dengan bintang gemintang, dan sang rembulan ikut ambil bagian dalam indahnya cerita malam ini.
Aku dalam lamunan dan kenyataanku, perlahan aku berjalan dalam labirin rumit persaanmu, mencari jalan menuju pintu hatimu. Meraba dalam gelap dan menyusup dalam sepi, menyelinap lewati pintu penjaga dan berputar-putar dalam lika-liku labirin itu.
Kali ini aku melihat karya surga nyata dalam tatapan matamu, lembut seperti angin yang mengelus rambutku, suci seperti sungai yang mengalir diantara taman firdaus.
Aku tahu diam-diam kau menyimpan haus dari dahaga cintaku, atau setiap malam kau mencoba menggambarkan wajahku dalam setiap mimpimu. Ahh tidak, kata-kata itu terlalu konyol dan lebay, seharusnya tak ada dalam rangkaian tulisan ini.
Begini saja, bagaimana jika aku simpulkan bahwa saat ini sudah tercantum welcome untuk kehadiranku, walaupun tulisan itu ada di keset depan rumahmu. Aku lebih suka kalimat ini, karena lebih mudah dicerna.
Jika memang terjadi kisah kasih diantara kita, mungkin ini bukan lagi kisah kasih di sekolah seperti syair sebuah lagu, karena aku dan kamu sudah tak lagi mejadi anak sekolah. Jika memang mungkin kita menjalin kasih, judul yang paling tepat adalah kisah sedih di hari minggu, ya karena kita akan berada dalam jarak yang jauh membentang walau dalam skala 1 : 100.000 hanya satu jengkal saja. Ini lamunanku, bagaimana lamunanmu ?
Aku tak peduli seberapa jauh jarak yang memisahkan kita, aku tak peduli kau dan aku akan terikat dalam satu kisah atau tidak, karena kepedulianku adalah bagaimana agar aku tetap bisa mencintaimu walau nanti kamu tak menerima cintaku. Tapi dari tatapmu aku menemukannya, dari senyummu aku dapat membacanya, aku tahu disana ada perasaan yang menunggu untuk dibangunkan dari tidurnya, semoga tafsirku tak meleset untuk hipotesis ini.
Hay dunia, katakan aku bahagia malam ini, sampaikan pada rumput-rumput dan serangga malam bahwa aku tak lagi tertunduk untuk membasahi mereka. Aku ingin mendengar lagi nyanyian burung hantu, kutu-kutu walang ataga, atau serangga-serangga malam yang saling bersahutan lewat kesempurnaan malam yang tuhan persembahkan
.