Aku tak pernah berhenti mencintaimu, dan tak pernah sekalipun mengucapkan keluhan atas semua keadaan yang ada saat ini. Biarkan saja mengalir tapi tak seperti air, karena air mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang rendah, tapi perasaanku tak menganut hukum air. Perasaanku terus mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, tinggi, tinggi dan tak mungkin kembali lagi.
Biarkan saja aku terus merangkai kata dan berkarya, karena hidup hanyalah tentang kata-kata dan karya yang akan menggema dalam keabadian. Semua itulah yang kelak akan merumuskan dan memperkenalkan siapa aku kelak dikemudian hari.
Setiap bait ini seperti notasi nada, dan tempatku menulis adalah partitur yang merumuskannya menjadi paranada cinta yang akan mengalun dalam setiap helaan nafasmu, yang akan menghiburmu dalam setiap penggalauanmu, dan yang akan menemanimu dalam sepi yang perlahan mengantarkan mimpi.
Cintaku mungkin tak seabadi E = MC² yang dirumuskan oleh albert einstein, menggema dalam keabadian, melekat dalam setiap pikiran, dan dijajakan dalam setiap lemabaran ataupun halaman yang dimiliki oleh orang-orang disetiap lemari bukunya.
Tapi percayalah sayang, selama aku masih bisa menulis akan ku abadikan cintaku dalam setiap karya-karya yang aku bukukan. Meski tak semua orang mengabadikannya, tak semua orang membacanya, tak semua orang menyimpannya diantara buku yang tersusun rapi di dalam lemarinya.
Biarlah kita yang akan mengabadikannya dalam setiap ruang-ruang renggang di dalam hati kita, sehingga terus terbawa kemanapun kelak kita melangkah, atau biarlah dia larut seperti molekul-molekul kimia yang mengendap di dalam jiwa kita.
Ketika kau membaca tulisan-tulisan ini anggaplah setiap paragaraf adalah kelopak-kelopak mawar yang mengapung di atas air. Sehingga kau tahu jika aku tengah menaburkan cinta-cinta dalam sebuah cita yang seharusnya tak lagi kau pertanyakan.
Thanks for reading ...........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar