Minggu, 01 Juli 2012

Welcome Juli

Masih terasa sisa-sisa hujan di bulan Juni, dihapusnya jejak-jejak rindu bersama bulir hujan yang turun membasahi kaca kamarku.

Perlahan mengalir dari atas menuju taman di bawah jendela kamarku, melewati kaca membasuh cerita yang ada di dalamnya. Disisakannya debu-debu rindu setelah hujan berlalu dan kemarau membelenggu.

Telaga memang masih berair, mengingatkan Juni yang selalu menghujan. Juni yang selalu dingin dan sepi disetiap malamnya.

Juni...... Jejakmu tak begitu cepat berlalu. Masih terngiang kata-kata yang mengucap rindu, masih teringat bait-bait di malam penghujan, masih ada telaga berair sisa-sisa buih hujanmu dalam setiap sepi.

Selamat datang Juli, selamat datang kemarau. Sengatlah setiap inci kulit yang selalu berselimut dingin saat Juni menghujan. Bakarlah pundak yang tak pernah tersandar oleh satupun kepala di malam Juni.

Selamat datang Juli. Aku temukan diriku masih tersesat disela hatinya yang tertutup rapat sejak Juni menghujan. Disaat Juli kemarau aku masih temukan diriku mencari tempat berteduh diantara hatinya yang masih saja menghujan.

Apakah setiap Juli hanya kemarau ?

Sementara aku begitu nikmat mencintainya dalam penghujan, aku begitu syahdu merindunya saat air membias di jendela kamarku dan aku begitu merasakan hangat hadirnya dalam malam yang menghujan.

Aku tahu ini Juli yang kemarau, mungkin tak seperti Juni dimana dia masih hadir dalam setiap dering handphone-ku, dimana dia masih mau terjaga untuk sekedar membaca aksara-aksara ini.

Hingga Juli datang...... Semua rindu yang terucap dari hatiku, tertulis oleh jemariku, terangkum oleh syairku, dia lah yang tetap saja menjadi inspirasiku.

Ingin aku melipat-lipat rindu itu seperti origami, menjadi burung yang mengangkasa dengan kedua sayapnya yang indah, dan menaruh rinduku dihatinya yang masih saja terlihat kelabu di musim kemarau.

Aku hanya tak ingin kita menjadi sepasang penyesalan dari setiap rindu yang hanya termimpikan, atau dari cinta yang tak sempat terkatakan.

Kini aku menggugat rindu yang makin pekat menggulumku disetiap malam teriring sepi, aku yakin rindu itu kuat meski kian lama kian pucat diajaknya berlari.


Bila cintaku salah, hatiku tetap untuknya ....
Thanks for reading ........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar