Aku sudah sering dianggap gila dengan teori-teori dan mimpi-mimpi yang orang-orang anggap 'kemustahilan', dan aku tak pernah takut digiring ke rumah sakit jiwa karena semua itu. Aku ingin seperti ini, menjadi diriku sendiri yang bahkan tak peduli potongan rambutku seperti apa. Aku tak mau tersiksa untuk menjadi munafik dan membohongi diri sendiri.
Sejak Oktober tahun lalu aku sudah melewati usia dua puluh satu tahun. Sejujurnya aku tidak pernah menghitung berapa usiaku dan jenggotku yang semakin tumbuh berantakan diujung dagu. Aku lebih banyak mempertanyakan tentang berapa orang yang masih menganggapku waras di dunia yang semakin tidak waras ini? Berapa orang yang menganggapku ada dalam hidupnya? Lelucon itu tiba-tiba saja menyergapku belakangan ini.
Aku ingin menjadi rumah, setidaknya untuk diriku sendiri. Tempat dimana aku bebas menentukan pagi ini mau minum kopi atau teh manis. Tempat dimana aku bisa memutar lagu apa saja yang ingin aku dengar tanpa peduli yang terjadi di luar. Meninggikan pengeras suara sampai aku tak mendengar suaraku sendiri. Aku tak peduli, karena aku jauh dari dunia luar. Jika kamu ingin singgah, singgahlah. Kamu boleh menari-nari di sini dengan segala gerak yang kamu suka. Kamu boleh berteduh dari derasnya tuntutan menjadi dewasa di dunia sana. Pintuku terbuka untuk siapa saja, tapi ingat aku adalah orang yang dianggap aneh dan gila.
Sekarang aku butuh secangkir kopi untuk menemani rokok yang orang-orang anggap bau dan menyebalkan.
Secangkir kopi adalah tentang tetap hadir meski sendiri
Thanks for reading....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar