Menjegal langkah yang terlalu jauh, antara ambisi dan keinginan hati yang sulit di tolak. Aku terperosok lagi ke dalam sebuah jurang, ke dalam kikuk yang untuk entah. Untuk kepala yang sudah terlalu tegak, dan dada yang terlalu membusung. Mengotori diri sendiri adalah caraku untuk mengerti bahwa selurus apa pun jalan yang kutempuh tetap saja ada kubangan di dalamnya. Maka setegak-tegaknya kepala dan sebusung-busungnya dada, menunduk adalah cara terbaik untuk mengambil langkah.
Pijak yang tadinya tegak menjadi goyah, dan entah, semuanya begitu saja. Seperti entah yang dari entah datangnya. Pernah aku coba bertanya pada kepalaku sendiri yang selalu hingar, tapi jawaban yang ada hanya sunyi: seketika singup, susut, dan luput. Lalu kunang-kunang, hujan, dan secangkir kopi berebut waktu denganku dalam malam.
Tuhan bisa kita negosiasi ulang tentang takdirku?
Thanks for reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar