Rabu, 09 April 2014

Tiga Ribu Lima Ratus

Melupakan suatu perjalanan memang tidaklah mudah, meski di dalam perjalanan itu kita terlempar, terhempas, kadang terjatuh. Kadang kita sendiri juga tidak tahu apa yang membuat kita mengingat semua itu, padahal perjalanan yang kita ingat adalah perjalanan yang gagal. Sekarang kegagalan memiliki fungsi ganda: selain untuk belajar, bisa juga untuk dikenang. Karena kenangan selalu saja menghatui sudut pikiran, dan melupakan adalah pekerjaan sepele yang sulit dilakukan.

Jauh-jauh kepala mengembara mencari kata dan makna, siapa sangka kepala saya malah tersesat di dalam tiga ribu lima ratus. Tiga ribu lima ratus yang dulu hendak saya berikan dengan ikhlas, tetapi Anda memilih untuk berkata akan menggantinya esok nanti. Dulu naik angkutan umum yang pengap dan dikendarai oleh supir yang lebih mirip pembalap Formula 1 itu memang hanya cukup membayar tiga ribu lima ratus saja. Dengan tiga ribu lima ratus saya banyak mendapatkan fasilitas uji adrenaline dari pak supir. Dengan tiga ribu lima ratus saya jadi lebih dekat dengan Tuhan, karena takut tiba-tiba mobil yang saya naiki terbalik, atau terperosok ke sungai yang membentang sepanjang tepian jalan. Dengan tiga ribu lima ratus saya bisa menghabiskan waktu kurang-lebih satu jam bersama Anda di dalam angkutan umum itu. Sekarang saya mengingat tiga ribu lima ratus yang pernah saya berikan, dan juga apa yang pernah Anda katakan.

Saya selalu memiliki special moment bersama siapa pun tanpa terkecuali. Menurut saya, kejadian-kejadian tertentu akan membuat setiap orang berbahagia dan nyaman setiap mengulang aktivitas dengan orang yang sama. Tiga ribu lima ratus bukanlah special moment saya bersama Anda, tetapi menghabiskan waktu sepanjang perjalanan di dalam angkutan umum bersama Anda adalah hal yang (mungkin) tak bisa diulang lagi. Saya adalah jiwa yang sedang berjihad melawan trauma dan waktu, mengenang Anda adalah hal yang paling mengejutkan ketika kepala saya tiba-tiba saja mengoleksi banyak kata.

Hal-hal yang amatlah begitu sederhana baru terasa bermakna setelah kita hampir kehilangan semuanya, dan bukankah memang selalu begitu? Rasa utuh itu tumbuh seperti sel, semakin lama semakin dewasa dan pecah menjadi seribu. Kita pegang pecahan-pecahan tersebut, tapi yang pecah sulit menjadi satu lagi. Andai pun saya mempertanyakan lagi tiga ribu lima ratus yang lupa Anda kembalikan, semua rentetan yang saya anggap special moment tak bisa terulang lagi. As you know, karena tarif angkutan umumnya sekarang sudah menjadi empat ribu lima ratus.









Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsirnya - Pramoedya Ananta Toer, Rumah Kaca






Thanks for reading... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar