Selasa, 26 Agustus 2014

Happy Birthday

Tebak sekarang bulan apa? Agustus? Benar jika kalian memang benar menjawab sekarang bulan Agustus. Baiklah, bagaimana pun Indonesia sudah merdeka selama 69 tahun. Suka tidak suka Indonesia sudah merdeka, walaupun banyak yang menganggapnya belum karena merasa masih dijajah bangsa sendiri. Persetan! pergilah keluar negeri atau pindah saja kewarganegaraan jika kalian menganggap diri kalian masih dijajah oleh bangsa kalian sendiri. Para pahlawan sudah berjuang untuk mendeklarasikan kemerdekaan negara ini, sedangkan kita hanya perlu berjuang untuk kehidupan diri kita sendiri, tak perlu untuk negara. Kita hanya diminta patuh pada hukum, mengamalkan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, dan membayar pajak. Biarkan yang pakai safari disana yang mengurus negara.

Agustus... Ohh riuh sekali bukan Agustus tahun ini? Masyarakat dapat hadiah pembantu baru hasil pemilihan umum presiden, tapi masih ada yang ngotot dan tidak terima jagoan yang dipilihnya jadi pembantu kalah. Wong presiden itu cuma pembantu kok, kalau mau jadi bos ya jadi rakyat saja. Jokowi banyak yang pilih jadi presiden karena mungkin banyak masyarakat yang tanpa sadar menganggap bahwa kalau jokowi jadi presiden semua gampang kita minta tho. Naikan tunjangan guru, bangun tol laut, tingkatkan produksi dalam negeri, bla bla bla bla dan bla bla bla. Tinggal minta ini-itu tho, enak jadi bos, kalau tak mau nurut permintaan bos ya tinggal sikat aja. Tapi ya kalau jadi bos harus inget rule house, jangan seenaknya minta ini-itu sama pembantu. Tapi masih banyak juga lho yang lebih suka prasa piye isih puwenak zamanku tho?, rakyatnya jadi pembantu, presidennya jadi bos yang gayanya what's your problem son? comes to Papa.

So guys, what's your problem? Kursi presiden Indonesia masih terlalu kecil untuk diperebutkan. Kalian tahu, sejak 7 Juli 2014 sampai 24 Agustus 2014 tercatat 2.120 jiwa warga Palestina meninggal dunia akibat serangan Israel. Di Palestina harga nyawa seorang umat muslim tak lebih mahal daripada harga paket internet di Indonesia. Kita rakyat Indonesia masih meributkan kursi presiden yang bukan kita sendiri yang mendudukinya? Inget ini, siapa pun yang jadi presiden Indonesia tidak berpengaruh sama sekali terhadap followers akun Twitter kalian, gak ngefek! Tidak semua hal yang ada di dunia ini memberikan dampak positif kepada kita. Buktinya lagu Imagine yang ditulis sekaligus ditembangkan oleh Jhon Lennon yang mendunia itu tak mempengaruhi Benjamin Netanyahu - Perdana Menteri Israel untuk menghentikan serangannya ke Palestina. Aku berani bertaruh kalau Si Perdana Menteri itu pasti tahu lagunya John Lennon.

Lho maaf ya ngelantur aku tadi, sebenernya aku mau nulis buat kamu, ehh mereka malah pada cari perhatian. Aku kan orangnya gampang move on, digodain dikit langsung berpaling. Jadi maaf kalau misalkan dijalan aku suka lirik-lirik yang lebih cantik, aku kan gampang move on, kalau gak kena goda ya berarti aku gampang kegoda, gitu aja sih sebenernya. Aduh apa sih Aziz polos banget.....

Ohh ya, aku mau ucapin selamat ulang tahun dulu, semoga hidup kamu lebih manis daripada jidat manismu. Lampunya udah dipake kan? Udah bisa kan cara nyalainnya. Jujur ya, sebenarnya waktu beli itu aku gak berani nyoba buat nyalain karena takut kesetrum. Nanti kamu sebelum tidur berdoa dulu ya, berdoa semoga gak kesetrum pas gosok-gosok lampunya biar nyala. Karena selama aku belajar science aku belum pernah tahu kalau manusia punya energi potensial untuk membangkitkan lampu yang sudah dialiri listrik, atau mungkin ada penemuan baru tentang gaya listrik statis yang bisa mengubah energi. Entahlah, tapi sepertinya itu hanya logika sederhana yang belum aku pelajari.

Ehh makasih juga lho udah ditraktir makan sorenya. Aku gak mau panjang lebar takut nanti disangka curhat, atau malah bablas jadi curhat. Ya sudah sekian dulu ya.....







You may say I'm a dreamer, but I'm not the only one. I hope someday you'll join us and the world will be as one (Imagine - John Lennon)




Thanks for reading... 

Jumat, 22 Agustus 2014

Kapan?

Dari Arif untuk kawan


Aku pikir aku sudah jadi mahluk yang sangat bersyukur terhadap Tuhan-ku. Aku dirikan sholat lima waktu dan selalu menyebut-nyebut nama Tuhan-ku setiap waktu. Aku minum kopi setiap waktu untuk memuji-muji betapa Tuhan telah memberikan nikmat yang tiada bandingannya untukku. Nah, kok kopi? Ya kan bersyukur itu bisa dengan cara apa saja tho.

Aku sedang tidak menjadi diriku ketika menulis ini, saat ragaku ditumpuki berbagai jiwa yang menetap di dalamnya, isi kepalaku sedang menjelma jadi seseorang yang menjadi sumber penulisan ini. Ahh, aku tahu, kalian pasti tak mengertikan? Aku jamin sampai kalian jungkir balik dan membuka semua buku yang dijual di Gramedia atau Toko Gunung Agung atau tukang duplikat buku di Pasar Senen kalian tetap tak akan mengerti, kecuali kalian mempelajarinya. Sombong ya? Sebenernya engga sombong sih, cuma ya faktanya memang seperti itu.

Pernah mendapatkan pertanyaan 'kapan' menohok dirimu? Misalkan kapan nikah saat lebaran? Kapan lulus kuliah saat indeks prestasi sedang terjun bebas? Kapan traktir gw? Padahal lagi kere-kerenya. Kapan punya pacar? Padahal baru ditinggal gebetan nonton sama pacar barunya. Atau kapan nembak aku? belum pernah ada sih ya buat pertanyaan terakhir itu. Pertanyaan-pertanyaan itu hampir pasti menimpa siapa saja, dan untuk pertanyaan terakhir adalah pengecualian, hanya orang-orang beruntung yang mendapatkan pertanyaan seperti itu, dan aku tidak termasuk.

Suatu hari aku bertanya kepada Tuhan dengan menggunakan pertanyaan kapan. Tuhan, kapan aku bisa seperti mereka? Lalu Tuhan mejawab bahwa aku tak perlu menjadi seperti mereka untuk menjadi diriku sendiri, hidupku sudah lebih baik daripada orang lain. Aku yakin itu, karena hanya keyakinan yang menjadikan orang lain selalu lebih baik daripada yang lainnya. Maka tak heran banyak yang saling silih pendapat hanya karena keyakinan,padahal apa pun keyakinan kita tho pada akhirnya kita akan kembali ke tempat yang sama, pemakaman.

'Kapan' sebuah pertanyaan yang sampai sekarang belum selesai dipertanyakan. Aku selalu mempertanyakan ini kepada Tuhanku dalam sela-sela doaku. Bukan karena belum terjawab, tapi pertanyaan 'kapan' itu kembali muncul dengan arti yang lain setelah pertanyaan 'kapan' yang lebih dulu dipertanyakan terjawab, . Aku berterimakasih kepada Tuhan-ku karena selalu menjawab pertanyaan 'kapan' itu untukku, walaupun setelah Tuhan menjawabnya aku selalu memberikan lagi pertanyaan yang sama. Sekarang aku sadar ternyata aku termasuk orang yang serakah dan selalu banyak maunya. Maafkan aku Tuhan aku belum bisa menyeimbangkan permintaanku dengan kewajibanku. Aku terlalu banyak mengeluh dibandingkan beribadah kedapaMu.

Ternyata pikiranku salah, aku pikir aku sudah sangat bersyukur dengan mendirikan sholat lima waktu dan menyebut-nyebut nama Tuhan-ku setiap waktu. Ternyata ohh ternyata, yang paling benar adalah kopi itu baru terasa nikmat jika diiringi dengan rokok. Tapi bukankah hakekat seorang hamba adalah meminta kepada Tuhan-nya?





Aku mungkin bisa menjadi orang lain dipersimpangan jalan, tapi tidak dihadapan Tuhan





Thanks for reading... 

Rabu, 20 Agustus 2014

Be Weird

Dulu aku selalu suka untuk tampil aneh, menjadi seseorang yang berbeda adalah hal selalu menyenangkan. Aku percaya bahwa setiap orang harus menempuh jalannya sendiri untuk menjadi dirinya, bukan bergantung pada hasil opini orang lain yang tak punya persangkutan dengan hidup kita. Termasuk teman! Tapi belakangan aku merasa sesuatu hal yang aneh sedang terjadi padaku. Entah hal apa yang terjadi kepadaku, tapi aku jadi merasa aneh saja untuk menjadi seseorang yang aneh. Aneh karena aku bersembunyi pada keanehanku untuk menutupi hal yang ternyata aku sedang tidak menjadi diriku. Aneh karena ternyata aku lari dari kenyataan bahwa aku terkadang butuh untuk tidak menjadi aneh.

Dalam lagu What If yang ditembangkan oleh Coldplay, group band asal inggris yang menurutku sangat keren: everything about British is always cool - lebaaay om lebaaaaaaay, terdapat lirik "how can you know it if you don't even try". Aku belajar mengerti apa yang hendak disampaikan oleh sang Composser lewat lirik tersebut. Yap, pada akhirnya aku memang harus mencoba, mencoba menerima kenyataan, apa pun itu, bagaimana pun hasilnya. Aku pernah bercerita kan tentang ketidakinginanku mendengarkan curahan hati seseorang saat pagi buta (kurang lebih jam dua dini hari). Lalu aku menebus dosaku itu beberapa hari kemudian, aku menghubungi orang itu terlebih dulu, aku mendengarkan, dan menceritakan hal yang ingin dia ketahui. Berat, sangat berat awalnya untuk melakukan hal ini, karena bagaimana pun aku menaruh hasrat untuk memilikinya. Oh My...... Do you think I'm crazy? If you do, you in argument with me. Waktu itu tak ada keraguan sama sekali untuk aku mulai menghubunginya terlebih dahulu, aku nyanyikan lagu What If milik Coldplay dalam hatiku: How can you know it if you don't even try. Merdu sekali suraku jika di dalam hati, sangat-sangat merdu sampai aku sendiri tergila-gila pada suara dalam hatiku. Aku pikir, jika tak ada yang bisa di negosiasi lagi untuk peluang hasrat memlikiku, aku akan mencoba menguat-nguatkan perasaanku dan go international, ehh go away maksudnya. Ya sudah aku bercerita sejujurnya tentang apa yang aku ketahui, really, aku tak menutup-nutupi atau mencoba berbohong sama sekali. Dengan berlaga sok tegar aku memulainya, lalu melempem dipertengahan, lalu tanpa diduga-duga, tanpa ada persiapan terlebih dahulu untuk hal yang satu ini, aku shock dan terkejut. Aku mungkin saja bisa kena serangan jantung mendadak, tapi untungnya aku tak punya penyakit jantung, mana ada orang yang tiap hari makan nasi dengan lauk sayur asem atau lalap-lapan dan sambel kena serangan jantung. Tak ada, tak pernah ada tho? she decide to move on and forget him, i don't know if it's true or not, but for me it was like a miracle. So...... Inget Coldplay kan? High above or down below, when you are too in love to let it go, but if you never try you'll never know, just what you're worth. Aku bilang apa, british itu keren, awas bilang lebay lagi - tapi tetep lebay om teteeeeep. Ohh, masih lebay tho? Tapi aku kasih tahu dulu judul lagu dari lirik yang tadi, itu judul lagunya Fix You. Tau dong? - aku emang udah tahu om. Sial!

Buah dari hasil kejujuran itu tak ada yang mengecewakan, bukan? Rencana menguat-nguatkan perasaanku gagal, gagal total dan tak berhasil sama sekali. Bukankah selalu ada hikmah dari sebuah kegagalan? He he he... Now, I want to go on vacation, pasang handsfree dan play lagu Justin Timberlake - Not A Bad Thing. Mau nyanyi bareng aku? Don't act it's like a bad thing to fall in love with me, cause you might fuck around and find your dreams come true with me. Spell all your time and your money just to find out that my love was free. So don't act like it's a bad thing to fall in love with me. Tarik baaaaaaaang...





It's weird not to be weird - John Lennon



Thanks for reading... 

Sabtu, 16 Agustus 2014

Kopi, Sebentar Lagi Aku Mati

Aku tak sedang belajar menghitung, sungguh aku berani bersumpah, nilai matematikaku semasa sekolah tak pernah buruk sama sekali. Aku hanya sedang menghitung mundur waktu yang sudah aku lewatkan. Kopi yang lupa tersaji di pagi hari: entah sudah berapa pagi aku lupa syukuri dengan secangkir kopi. Mungkin kamu akan berpendapat bahwa aku lebay untuk urusan kopi di pagi hari, tapi cobalah sesekali nikmati pagi dengan secangkir kopi. Kamu akan merasa betapa Tuhan telah memberikan anugerah hidup kepadamu yang tiada bandingannya. Kopi adalah caraku mensyukuri pagi dan caraku menertawai orang-orang yang tak pernah memiliki pagi karena takut terjebak macet, terlambat kerja, terlambat sekolah, atau terlambat jemput pacarnya. Hidupku lebih ringan dengan secangkir kopi. Hidup kopi! Sembrono.

Tapikan beberapa waktu kebelakang aku lupa pada kopiku, mungkin itu sebabnya aku sering memakai kalungku dan duduk diambang pintu. Sekali waktu aku bisa saja gantung diri dengan kalungku dan mati. Tanpa kopi kematian jadi lebih sangat nyata berada nol derajat pada leherku. Nah mungkin itu sebabnya Joko Pinurbo menulis bait empat cangkir kopi sehari bisa menjauhkan kepala dari bunuh diri. Gimana enggak gitu, wong kalau sambil ngopi kematian seakan terlihat ada empat puluh lima derajat di depan mata. Walaupun empat puluh lima derajat itu dibangun dari titik nol, dan kematin memang tetap ada pada manusia, tapi jadi bisa lebih dinikmati saja bagaimana cara aku ingin mati. Waduh ngelantur ya ngomongin matematika sama mati.

Jangan takut aku mati, aku belum bercita-cita cepat mati kecuali mungkin Tuhan kasih surat panggilan lebih cepat dari yang aku bayangkan. Jangan takut aku tinggal mati, ini aku lagi menikmati kopi dan menatap caraku mati. Nah kan aku jadi teringat mendiang Steve Job gara-gara ngomongin mati. Aku tak pernah berpikir bahwa aku mengidolakan Steve Job. Well, cara dia menjadi seorang jenius mungkin sangat aku idam-idamkan ada pada diriku kelak jika aku menjadi seorang jenius. Selalu mengenakan jeans biru dan kaus lengan panjang ditambah sepatu sneakers, siapa sangka dia begitu jenius jika dia hanya orang biasa yang kamu temui di traffic light sambil menunggu lampu merah untuk menyebrang jalan. Tapi point pentingnya bukan pada cara dia berpakaian, point pentingnya adalah apa yang pernah dia ucapkan pada upacara wisuda di Stanford pada tahun 2005. Pada acara yang aku tak tahu kejadiannya, karena aku hanya membaca dari sebuah laman website, dia berkata (kurang lebih dalam Bahasa Indonesia), mengingat-ingat bahwa aku akan mati adalah hal yang paling penting yang pernah aku jumpai untuk membantuku membuat keputusan besar dalam hidup. Karena nyaris semuanya, semua harapan dari luar, semua kebanggaan, semua ketakutan dan rasa malu atau kegagalan, semuanya akan musnah di hadapan maut, menyisakan apa yang penting saja.  Mengingat-ingat bahwa kita akan mati adalah cara terbaik yang aku tahu untuk terhindar dari perangkap bahwa kita akan kehilangan sesuatu. Kita semua telanjang. Tak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hatimu. Waktumu terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjadi orang lain. Jangan terjebak dengan dogma, yakni hidup dengan hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan riuhnya opini orang lain menenggelamkan  suara hatimu. Wah hebat bukan kepalang kalimat itu, sampai sekarang masih selalu terngiang di dalam kepalaku yang keras ini. Nah terus aku lanjut minum kopi lagi sekarang. Kamu udah ngopi?

Tulisan ini aku buat ketika aku tak tahu lagi apa yang harus aku perbuat. Aku pikir sebentar lagi aku akan mati, karena seorang lelaki yang tak punya rencana lagi untuk hidupnya lebih baik meninggalkan hidupnya secepat mungkin. Tapi aku belum bercita-cita untuk cepat mati, maka aku membuat rencana minum kopi dan menulis cerita ini untuk menunda kematianku. Setidaknya aku masih punya rencana menikmati hidupku, walaupun pada akhirnya Tuhan-lah sebaik-baik pembuat rencana.

Mau aku tambah lagi ceritanya? Nanti kamu bosan lagi bacanya. Ya sudah aku akhiri saja ya. Selamat ngopi. Sontoloyo!





Thanks for reading...

Sabtu, 09 Agustus 2014

Buka Mata Lo!

"Buka mata lo!" Ahh, seperti aku bisa membuka mataku saja saat mengirim kalimat itu pada seseorang yang sedang ingin bercerita tentang hal yang tak ingin aku dengar sama sekali.

Selasa dini hari tiba-tiba saja handphone-ku bergetar, setan mana yang masih bermain handphone lebih dari jam 2 pagi? Kuntilanak yang terserang insomnia pun pasti sedang mencoba memejam-mejamkan matanya. Orang yang terserang diare akut pun pasti sudah tertidur pulas di atas closed dengan sangat nyenyak. Tapi handphone-ku masih sanggup menerima pesan singkat yang datang lewat BBM, dan aku masih membalasanya. Penerima dan pengirim pesan terjebak dalam situasi yang sama, yang lebih buruk daripada kuntilanak yang insomnia dan orang yang terserang diare akut. Menyedihkan, sungguh.

Dalam sebuah buku, Sudjiwo Tedjo pernah menuliskan kalimat tentang pekerjaan yang paling sia-sia di muka bumi ini adalah memberi nasihat kepada orang yang sedang jatuh cinta yang diucapkan oleh sosok Semar. Semenjak membaca itu aku tak sekali pun pernah mencoba lagi menasihati orang yang, anggap saja, curhat kepadaku tentang jatuh cinta. Aku mengamini apa yang Sudjiwo Tedjo tuliskan dalam bukunya. Karena memang harus diakui, jatuh cinta adalah sebuah fenomena gila. Bahkan, dalam lirik lagu Karya Gomboh ditembangkan jika cinta sudah melekat tai kucing pun rasa cokelat. Gambaran kegilaan jatuh cinta yang dilantunkan oleh Gombloh di dalam lagunya sebenarnya masih kurang gila, karena pada kenyataannya banyak yang sanggup saling bunuh demi cinta, bahkan ada yang rela bunuh diri. Akal sehat sudah terpendam oleh cinta yang sebenarnya tak bisa dipakai untuk membayar bakwan. Gila!

Secara rasional jatuh cinta hanya sanggup menghasilkan dua buah sensasi. Yang pertama adalah sensasi kebahagiaan mengkhayal, dimana otak bebas bereksperimen untuk membuat skenario tentang kejadian-kejadian indah yang pada kenyataannya tak pernah terjadi. Khayalan yang tak akan pernah menjadi kenyataan sama sekali, karena yang dikhayalkan adalah hal yang tak sanggup untuk dilakukan. Yang kedua adalah kekecewaan, kecewa karena ternyata si dia tak sesuai dengan apa yang dikhayalkan. Sesederhana itu saja sebenarnya.

"Buka mata lo!" Sekarang aku mengucapkannya untuk diriku sendiri agar tak terlalu banyak menaruh ekspetasi dan tak terlalu sering mengkhayal tentang hal-hal yang pada kenyataannya (mungkin) tak akan terjadi.





Berbuat sebaik mungkin pada tempat kita berdiri saat ini, bukankah itu yang dimanakan realistis?







Thanks for reading... 


Sabtu, 02 Agustus 2014

Aku Mau............ Tuhan

Aku mau kasur baru, Tuhan beri aku kasur baru. Kini tidurku nyenyak, tak lagi harus menderita flu setiap pagi karena alergi debu dari kasur lama yang berisi kapuk. Juga tak lagi keram setiap tengah malam karena tidur di atas kursi untuk menghidari alergi setiap pagi. Aku mau pakaian baru, Tuhan beri aku pakaian baru. Aku tak harus selalu pakai baju oblong yang sudah melar saat pergi kuliah, walaupun aku memang lebih nyaman memakai baju yang sudah robek-robek dan melar itu. Aku mau handphone baru, Tuhan beri aku handphone baru. Aku tak lagi norak, kau bisa mengakses segala aplikasi sosial media lewat handphone baruku. Tak lama kemudian aku jual, aku tukar dengan handphone yang lebih canggih, lalu handphone yang lebih canggih itu pun rusak. Aku jadi tak punya handphone, tapi Tuhan beri lagi aku handphone lewat pinjaman dari temanku. Tak secanggih handphone pertamaku, tapi setidaknya aku masih bisa mengakses BBM. Aku mau motor baru, Tuhan beri aku motor baru. Aku jadi terlihat lebih jantan dengan motor tipe supermoto baruku. Setiap pagi jika macet aku bisa sesuka hati naik trotoar untuk terus melaju. Aku mau handphone baru lagi, aku merasa mati gaya dengan handphone yang dipinjamkan dari temanku, Tuhan beri aku handphone baru lagi. Jauh lebih canggih dari handphone miliku sebelumnya dan aku merasa lebih keren saja jika memainkan handphone baruku ini diantara teman-temanku.

Tuhan berikan semua yang aku inginkan, Tuhan tak sekali pun pernah mengecewakanku. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang harus aku dustakan? Aku terlahir sempurna sebagai seorang anak manusia. Wajahku juga tak jelek-jelek amat untuk ukuran orang Indonesia. Otakku juga tak terlalu bodoh jika dihadapkan dengan matematika. Maka nikmat Tuhan mana lagi yang harus aku dustakan?

Tuhan perintahkan aku sholat sehari lima waktu, aku laksanakan, dan kelemahanku adalah kadang aku tak melaksanakannya selama lima waktu dalam sehari. Aku pasti sudah sangat mengecewakan Tuhanku untuk perkara ini. Tuhan memintaku untuk membaca Al-Qur'an, aku laksanakan, tapi kadang aku lebih senang bermalas-malasan daripada membaca Al-Qur'an. Aku sudah mengecewakan Tuhanku lagi, padahal Tuhan sudah berjanji bahwa Al-Qur'an akan menjadi penolong di hari pembangkitan nanti bagi siapa saja yang membacanya.

Tuhan, lihatlah si berandal tengik ini yang tetap saja membandel kepadamu, apakah Engkau masih sudi mengampuninya? Tuhan, si munafik ini tetap saja bermaksiat dan melanggar aturan-aturanMu. Apakah Engkau masih akan sudi meluruskan hatinya untukMu? Tuhan, jangan Engkau palingkan tatapMu dari hidupku yang penuh dusta ini, jangan Engkau lempar aku jauh dari perhatianMu. Aku ingin pulang dengan cara seindah mungkin padaMu, aku ingin ngebut lagi di jalanMu, pada sajadah yang lurus mengiblatkanku padaMu.







Thanks for reading...