Kamis, 09 Agustus 2012

Aku dan Dia (Kamu)

Dia bertanya tentang tulisan-tulisanku. Syair dan roman yang berisikan tentang kisahnya. Bukan. Ini kisahku, hanya saja dia menyusup dalam lekak-lekuk kehidupan butaku.

Bagaiman tidak buta ? Karena aku hanya dapat meraihnya dalam mimpi, dalam khayal, dan dalam kesendirianku.

Dia memang nyata, tapi tak nyata bentuk kehadirannya dalam hidupku.

Mencintainya memang sangatlah mudah, tapi mewujudkannya dalam bentuk kasat mata itulah yang menjadikan rumit setiap jemari-jemari yang menari indah di atas keyboard ini.

Ada hari saat aku duduk berdua bersamanya. Semua terasa seperti menjadi "kita". "Kita" yang hanya berisi aku dan dia tanpa ada orang lain di dalamnya.

Ketika dia sudah beranjak lagi dari sampingku semua terasa bukan lagi seperti "kita", tapi aku dan dia. Ya hanya aku dan dia yang bukanlah "kita".

Sudahlah lupakan sementara materi tentang "kita" yang aku sendiri masih pertimbangkan kabsahannya. bagaimana jika sekarang kalian simak lagi tentang kisahku.

Aku menari-nari lagi, tarian hanya aku sendiri yang tahu. Tarian yang penuh emosi; tarian kesedihan, tarian kesenangan, tarian cinta, tarian galau. Tarian yang melukiskan garis-garis yang sudah tuhan tetapkan dalam partitur takdir-takdir notasi kehidupan mahluknya.

Disinilah sanggarku, tempat aku melampiaskan dan menghembuskan setiap sari pati hidupku.

Sekali lagi tentangmu, tarian yang melukiskan tentangmu. Jika aku menari disanggarku, maka kamu terlelap dalam malammu. Sementara gelisahku terus meliuk-liuk bersama gemulai dan gontainya langkahku.

Disinilah aku, dibatasi tebing galau yang kau curamkan. Disanalah kamu, di dalam mimpi-mimpi menjelang pagiku.

Setiap ingin ku melangkah jurangmu semakin mendekat. Setiap ku coba teriak, gemingmu mengantarkan kembali suara itu kepadaku.

Sekali ini aku kalah, saat ini akulah yang salah. Terlalu mencintaimu yang belum tentu mencintaiku.

Lalu mereka menertawakanku dan tarianku dari kursi sanggar penonton. Sebelumnya tak pernah seperti ini, sebelumnya baik-baik saja. Tapi kharismaku tinggal cerita karenamu. Kali ini menghilang, semua jadi sia-sia.

Biarlah, biarlah, ku biarkan semuanya. Kini ku mencoba lagi merangkai aksara untukmu. Semoga aksara-aksara ini bisa menarikmu kedalam ruang-ruang kosong jiwaku, sehingga semuanya bisa kembali menjadi normal lagi. Tarianku menarik lagi, kharismaku kembali lagi, dan tak ada tebing galau lagi antara kita berdua.

Walau tak nyata, ku ingin kamu mengerti. Walau sederhana, ku rangkai kata-kata. Walau apa adanya, ku cinta puisi untukmu.






thanks for reading.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar