Selasa, 21 Agustus 2012

Gadis Kantin Sekolah

Jatuh cinta, dulu itu menjadi kata yang sangat asing untukku. Aku enggan sekali membayangkan ada sesosok manusia berambut panjang, dengan dada menonjol dan berbokong semok mengisi hari-hariku. Aku mungkin tak akan rela membagi waktu bersenang-senang dengan mahluk seperti mereka. Rumit, ya wanita itu mahluk yang sangat rumit menurut pendapatku saat itu.

Wanita itu tak se-simple model kerudungnya. Itu adalah filosofi abadi yang sampai saat ini masih aku tanamkan dalam batin. Siapa pun yang bilang wanita itu simple berati belum pernah merasakan bagaimana rasanya menemani wanita yang sedang menawar harga disebuah toko. Bahkan untuk perkara seribu lima ratus rupiah, mereka rela sampai harus bercucuran keringat dan urat leher menonjol keluar seperti atlet angkat besi di tournament olimpiade. 

Dulu aku adalah lelaki yang paling tidak peduli dengan wanita. Katakanlah aku tidak peka terhadap mereka. Dari sekian gadis yang menyukaiku, tak satupun terpikirkan untuk aku jadikan kekasih. Wanita itu penuh dengan seribu aturan. Bahkan mereka sangat memperhatikan cara mereka berjalan agar dilirik oleh kaum lelaki.

Aku beranggapan bahwa wanita pastilah mahluk yang sangat membosankan. Pasti mereka akan protes kalau rambutku berantakan. Mulutnya tak berhenti mendumel kalau warna sepatuku kurang mecing dengan warna baju. Atau yang paling menggelikan mereka pasti minta dinyanyikan lagu sendu sebelum tertidur. Kurang lebih seperti itulah analisaku dari sebuah film televisi yang aku saksikan setiap siang.

Tapi semua anggapan-anggapan aneh itu tiba-tiba hilang ditelan mentah-mentah bersama air liurku. Kala siang hari dikantin sekolah aku melihat seorang gadis yang sedang berjalan menuju sebuah warung es langgananku. Cantik, semua teman-temanku bahkan terpesona melihat kecantikannya. Maka sejak pagi itu aku robek semua kertas yang bertuliskan tentang kejanggalan wanita menurut versiku. Aku hapus doktrin-doktrin rumit wanita dari setiap inci sel otakku. Kini aku bersekongkol dengan perasaanku, aku berkoalisi dengannya untuk mengkampanyekan bahwa aku jatuh cinta.

Perasaanku lekas menerimanya. Dia tak mungkin berani melawan petuah dari tuannya ini. Ya aku jatuh cinta pada seorang gadis yang juga dikagumi oleh semua lelaki yang berada disekelilingku. 

Tak pedulilah kalian hendak berkata apa dengan asumsi yang sudah aku utarakan sejak tadi tentang wanita. Bukankah manusia yang paling egois adalah manusia yang sedang jatuh cinta ? Jadi sekarang aku adalah manusia super egois. 

Tak terbayangkan bagamana jadinya aku. Tak jatuh cinta pun aku sudah terlalu egois, kepala batu ibuku menyebutnya. Bagaimana jika ditambah dengan keegoisan jatuh cinta ? Mungkin aku sudah berubah menjadi sesosok manusia yang paling menyebalkan yang pernah kalian temui.

Sekarang aku jatuh cinta. Rasanya seperti terjun dari puncak mata air, lalu tenggelam dan berenang bersama ikan-ikan duyung. Lalu melambung dan terbaring di tengah hamparan taman bunga, dikelilingi kupu-kupu dan kenari yang bernyanyi-nyanyi memuja diriku.

Atau aku seperti sedang berada dipuncak eiffel dan tertiup angin sampai ke piramida di mesir. Kemudian berenang di sungai nill dan dikawal oleh buaya-buaya yang sudah takluk pada ketampananku. Kemudian aku terhempas ke Jaya Wijaya dan disambut oleh para penari di lembah Baliem.

Dan kalian pasti akan lebih mual jika aku teruskan gambaran tentang bagaimana rasanya aku jatuh cinta. Ini adalah kali pertama aku jatuh cinta. Ini adalah kali pertama aku merasakan hal yang paling indah yang pernah tuhan ciptakan. Ya, cinta sudah berbanding lurus dengan gila.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar