Selamat Malam Bogor, 13 November 2013.
Mungkin kamu bosan denganku yang ini-ini saja. Terlalu sederhana, banyak bicara, juga tak terlalu spesial untuk kau idamkan. Lelaki dengan tinggi badan biasa saja, dan berat badan tak sewajarnya. Kuntet dengan rambut ikal jika sedikit gondrong. Tak mampu memberikanmu apa-apa seperti lelaki-lelaki lain yang mungkin bertubuh lebih tinggi, tegap, kekar dan berkantung tebal. Baris-baris kata yang tertulis adalah hal terindah yang bisa kuberikan sebagai pengisi senggang waktumu. Tetes doa yang berbekas di atas sejadah adalah harta yang paling berharga yang pernah kuberikan. Tak lebih. Tak kurang.
Saat ini, melalui surat yang kutuliskan, dan kata-kata yang berderet entah dari mana datangnya. Akan kuceritakan padamu. Kudapati diriku sedang menceritakan kenyataan yang ada. Dihadapan kertas digital yang mencetak setiap huruf yang kutekan dengan lembut. Aku adalah aku saat ini. Yang memiliki jutaan keyakinan pada Tuhan tentang keajaiban. Tentang hari esok yang tak pernah tersentuh.
Kini aku temukan diriku sedang bertatapan dengan secangkir kopi yang tenang hidang di atas meja perjamuan. Mengantarkanku pada lamunan ketika hujan dengan genit mengetuk jendela. Ketika dingin menyergap dan memeluk dalam gelisah. Puisi-puisi yang pernah tercipta dan kata-kata yang terpintal ditenggorokan. Tak pernah cukup, tak pernah puas hanya mencumbumu dalam kerangka kata. Adakah kata yang bijak untuk menyampaikan maksud hati. Tanpa takut berurai airmata dari mata air di telaga. Adakah sepasang mata yang mampu membaca kebenaran dari banyaknya kesalahan. Membelakangkan yang fana tanpa takut merasa kekurangan. Menetapkan keyakinan karena keraguan tak pernah diajarkan agama.
Kopiku sudah hampir dingin. Warnanya mulai manja minta dijamah. Kini aku akhiri deret dan himpunan kata yang sudah mulai kehabisan akal untuk menceritakan apa lagi.
Bogor, 13 November 2013.
Con amore...
Thanks for reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar