Rabu, 20 November 2013

Sebilah Besi Karya Seorang Empu

Untuk kata-kata yang menyembul ingin dimuntahkan. Bergejolak seperti lahar di dalam perut bumi yang tak sabar ingin berontak. Melawan ketika bibir berusaha menahan. Berontak ketika batin tak mau berteriak. Aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk menahan, takut lisan salah mengucap ketika menjelaskan pikiran. Aku sudah berusaha untuk diam, tapi jarum-jarum mengajakku untuk mulai menyulam. Merangkai kata diatas kain yang semakin kusam karena menahan sujud seorang hamba yang sedang berdansa dengan asmara.

Ketika hujan datang, ketika kubangan menyisakan tetes akhir dari penantian. Rinduku adalah sebilah pedang yang mampu menghunus nadiku sendiri. Pedang yang mampu mengharakiri si empu tanpa ampun. Mencabik isi perut dan mengeluarkan jantungku yang kembang kempis mulai kehabisan darah. Rinduku juga sebilah pedang yang setia menghitung waktu. Berdetak menghitung detik yang terasa semakin lamban. Berdetik menghitung detak jantung yang semakin cepat karena tak sabar menunggu. Waktu yang kunantikan jangan-jangan siap membunuhku juga. Sekejam itukah rindu untukku?

Sabarku hanyalah sebilah besi yang tak tahu apa-apa. Tak pernah melawan terhadap apa yang dilakuan si empu. Rela ditempa berminggu-minggu di atas tungku panas sesuka hatimu. Sabarku hanyalah sebilah besi dan aku hanyalah empu yang kadang pula jemu. Jika jemu melilit hatiku, aku tak mau menempa lagi sabarku. Kubiarkan saja kedinginan karena tak kutempa di atas tungku. Kurelakan berkarat karena aku empu yang sedang merasa jemu. Sesuka hatiku memperlakukannya, karena aku si aktris dari apa yang aku buat. Seniman dari apa yang aku tampilkan.

Jika kamu percaya pada si empu, maka karya seni terindah akan tercipta dari tangannya. Walau hanya dari sebilah besi. Mata yang suci tak melihat seberapa berharga hasil karyanya, tapi sepanjang perjalanan si empu membuatnya. Tapi menurutku, ini semua bukan tentang sebilah pedang, bukan sebilah besi atau pula tentang seorang empu. Ini semua tentang kamu. Jika kamu lebih mengharapkan karya dari aktris lain, pergilah. Aku masih mempunyai besi lain yang bisa kutempa untuk orang lain. 










Aku tak ada dibalik pintumu, tapi diam-diam mencoba mengetuk pintu hatimu...













Thanks for reading....



Tidak ada komentar:

Posting Komentar