Kamis, 07 November 2013

Si Pendaki

Aku adalah pendaki yang mencoba mencapai puncak kehidupan. Dengan sepasang mata liar aku mencoba menemukan hal-hal yang sulit ditangkap logika. Mengartikan setiap kemungkinan yang akan terjadi. Menjabarkan segala untaian tali kehidupan yang sulit dimengerti.

Aku adalah lelaki yang selalu berdebat dengan diriku sendiri. Memperjuangkan yang kuanggap benar, padahal keraguanku selalu datang dan siap mencekik. Aku dijadikan medan pertempuran antara keyakinan dan keraguanku. Tapi lelaki konyol sepertiku tak pernah berpikir dua kali untuk ambil resiko. Berhasil atau tidak bukanlah hasil akhir, selama aku masih terus berjuang sebaik yang aku bisa. Karena sukses adalah proses, bukanlah tujuan terakhir dari kehidupanku.

Sekarang, dimana aku berada? Aku sudah mendaki cukup jauh. Aku hampir tumbang karena beban yang tertumpuk dipunggungku. Aku hampir limbung karena badai yang berkali-kali menimpaku. Tapi semua hanya sebatas hampir, karena aku masih berdiri. Masih berdiri dengan segala beban ini. Kubungkus segala keputus asaan dengan selembar keyakinan. Kubuang ketakutan ke dalam jurang curam yang penuh kekejian. Hidupku bukan untuk meratapi semua hal yang hanya diciptakan untuk segala kegagalan. Aku tercipta untuk mencoba segala kemungkinan. Melawan bahaya dan berdansa dengan kesakitan. Menikmati segala intisari kehidupan yang hanya Tuhan berikan sekali dari setiap helaan nafasku. Tepatnya seperti itu jeritan nuraniku ketika petir berkali-berkali memburu keberanianku.

Pendakian ini adalah jalanku, dimana aku menemukan segala keindahan dan kesakitan untuk sampai ke puncak. Sebelum habis waktuku, sebelum ajal menjemputku. Aku tak pernah berpikir untuk mati dalam keadaan seperti apa. Kematian itu mudah, tak sesulit hidup yang kadang memberikan jutaan pilihan. Menurutku mati didekat orang-orang yang menemaniku mendaki adalah hal terbaik yang aku pikirkan saat ini. Aku akan memperjuangkannya: orang yang menemaniku mendaki, bukan yang menungguku di puncak.

Malam sudah hampir tuntas. Nafas yang tersengal-sengal berpacu dengan maut yang pelan-pelan merambat menuju titik akhir hidupku. Aku adalah si pendaki yang memberikan semua hal yang aku punya untuk sampai ke puncak. Menukarkan semua jiwaku untuk sebuah cerita saat dibawah nanti. Aku belum mau mati saat ini, puncak sudah di depan mata dan aku akan menggapainya.

Fajar tesentak dari timur yang memberikan kehidupan baru. Aku menundukan kepala. Si pendaki menatap segala keagungan yang Tuhan hamparkan di depan matanya. Akan kuceritakan padamu kawan apa yang kulihat saat turun nanti. Aku ingin menjadi bermanfaat untuk orang-orang yang ingin mendaki puncak hidupnya. Akan kuceritakan padanya keindahan dan juga ketakutan agar mereka paham bahwa hidup selalu untuk memilih. Mati itu mudah, tapi hidup selalu memberikan tantangan yang menyenangkan.

Puncak ini bukanlah akhir segalanya. Aku masih harus mendaki gunung yang lebih tinggi. Melewati semua tantangan dan ketakutan. Aku, kamu dan mereka. Kita semua pendaki. Tundukanlah hal yang menjulang tinggi dihadapanmu. Bahwa semua yang tercipta di dunia ini bisa kita raih. Keluarlah dari belakang pintu. Kita semua pemberani!


















Thanks for reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar