Minggu, 15 Desember 2013

Permata Malam

Di dalam ruangan 2x2 yang gelap dan mulai terasa pengap. Aku duduk disana seorang diri dan mulai terkantuk-kantuk. Mematung tanpa tahu apa yang harus dilakukan. Membisu karena tak boleh ada kata yang diucapkan. Mataku mulai berair menahan dua daun jendela yang minta beristirahat. Tapi tak boleh tidur disana. Aku bertahan sampai harus menguap berkali-kali menahan kantuk yang sialnya makin menjajah mataku.

Aku harus bertahan pikirku. Ketika masuk aku tekadkan hati untuk keluar dengan kelulusan, bukan kegagalan. Aku sudah berusaha berminggu-minggu melawan ketakutanku. Aku tak sudi keluar dengan cap gagal. Di dalam ruangan sempit, lembab dan gelap itu aku mencoba meneguhkan diri, bahwa tak ada yang harus ditakuti kecuali ketakutan itu sendiri.

Ketakutan-ketakutan yang aku bayangkan berulang kali tertunduk malu menghampiriku. Aku sudah dipagari benteng keberanian dengan mengikhlaskan diri pada Tuhan. Ketakutan itu sudah bisa kuatasi dengan baik. Hanya satu yang masih sangat sulit untuk aku atasi, rasa kantuk yang semakin memasung diriku di dalam kegelapan. Ternyata benar teoriku tentang membatasi diri sendiri selalu lebih sulit daripada melawan orang lain. Aku sudah sangat tak bisa diam dengan melakukan gerakan-gerakan kecil untuk menahan kantukku. Mencubiti diri sendiri, memelek-melekan mata, bergeser tempat dan gaya duduk. Bahkan rasanya ingin sekali memukul-mukul bak mandi agar aku lupa caranya mengantuk. Aku masih belum bisa bayangkan bagaimana jika aku tertidur di dalam sana. Mungkin aku akan menjadi satu-satunya orang waras yang bertindak sinting dengan cara tidur di kamar mandi.

Beruntung lampu dinyalakan sebelum aku terkapar di dalam sana. Tingkat kantukku sudah diambang garis akhir, tapi herannya kenapa rasa kantuk itu malah hilang setelah aku keluar dari sana.

Tak usah membuang-buang waktu untuk coba mengerti apa yang baru aku ceritakan. Tak ada gunanya, sampai otak kalian mengerahkan semua kepintarannya aku yakin kalian masih tak sanggup mengerti. Itu rahasia antara aku dan kongsi-kongsiku. Jangan harap bisa mengerti jika tidak termasuk dalam kongsiku.

Ini semua sebenarnya bukan tentang aku. Bukan tentang ruangan 2x2 yang gelap. Bukan tentang mata yang terkantuk-kantuk. Ini tentang permata di malam hari. Permata yang baru aku temukan. Permata yang memancarkan cahaya kekaguman.

Derap langkah yang terburu-buru di dalam koridor selalu terdengar merdu ditelinga. Ini adalah kehebatan telinga mengkonversi suara, atau jangan-jangan bagian tak warasku yang mengindahkan setiap kelakuannya.

Taqwakan lah dirimu, agar Tuhan mentaqwakan jondohmu. Jangankan jodoh, masih dalam proses mentaqwakan diri saja aku sudah dipertemukan dengan seseorang yang sangat bertaqwa. Aku girang bukan kepalang, tapi tak sampai hati untuk salto dan bilang wow atas kegiranganku. Untuk bagian ini aku masih sangat waras. Aku tak bisa salto. Aku pernah mencobanya sekali dan tak mau mengulanginya lagi seumur hidupku. Salto di atas matras dan jatuh kepala terlebih dahulu sebagai tumpuan. Selama lima menit aku tak bisa berdiri karena tulang serasa terpisah semua. Tak bisa membuka mata selama satu menit. Aku dibayar berapa pun tak mau bermain-main lagi dengan hal yang mendekati kematian itu. Percayalah, nikmat berdiri dan melihat yang Tuhan berikan itu tiada bandingannya, tapi sayang kita sering lupa mensyukurinya.

Orang yang kukatakan bertaqwa tersebut adalah orang yang mengucapkan kalimat itu---Taqwakanlah dirimu agar Tuhan mentaqwakan jodohmu. Seseorang yang kini kusebut permata malam sesuai dengan namanya. Belum lah aku berpikir tentang jodoh. Aku tak mau mencampuri urusan Tuhan. Biarlah aku pasrahkan padaNya, aku yakin semuanya akan beres sesuai dengan kekuasaanNya mengatur takdir.

Aku percaya bahwa takdir Tuhan selalu penuh dengan kejutan. Kejutan adalah suatu hal yang jarang sekali aku dapatkan kecuali dari Tuhan. Kadang aku harus gugup selama berminggu-minggu untuk menunggu kejutan dari Tuhan. Aku keranjingan kejutan yang Tuhan berikan. Aku yakin Tuhan sangat menyayangiku, maka dari itu Tuhan selalu senang memberiku kejutan. Bahkan permata malam itu sendiri adalah kejutan yang sangat indah yang Tuhan berikan.

Kini aku sedang mencoba mengenali permata itu. Permata yang Tuhan ciptakan dengan segala keindahannya. Jika boleh dinamai, mungkin ini lah yang disebut proses ta'aruf.












Jangan mengaku jatuh cinta, jika belum merasa gila karena menertawai diri sendiri.












 Thanks for reading...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar