Aku masih sangat ingat Desember setahun yang lalu. Senyum yang tersungging tatkala kata terjegat ditenggorokan. Gelak-gelak tawa pengisi lelucon hampa untuk memenuhi waktu yang berjalan begitu cepat dan tak dapat ditangkap logika. Suara gembok yang beradu dengan pagar dipelataran rumah. Eratan lapar dari dalam kerangkeng kecil di depan jendela. Lukisan bisu di atas kepala yang menjadi mata-mata. Jejeran foto di sudut meja yang merekam setiap canda. Pelukan yang mencoba memberikan kenyamanan saat gigil menyergap. Tatapan mata yang menyatu dan hampir-hampir tak sadarkan diri diruang tamu sampai tamparan mengenyahkan semuanya. "Sudah waktunya sholat jum'at!" Gerutumu waktu itu. Ahh, secepat itukah semua berlalu? Secepat diam yang melampui kecepatan cahaya. Tapi aku masih belum lupa. Blaaaah!
Aku bersungut-sungut mengumpat diriku. Menggugat waktu yang telah berlalu. Menatap angkuhnya penyesalan yang berdiri mengangkang dan bertolak pinggang. Bagaimana bisa melupakan, sementara belum pernah mengungkapkan? Batu yang bisu pun tahu bagaimana cara merayu empu untuk menjadikannya Pengikat kalbu. Aku bukan batu, tapi lebih bisu dan dungu sampai hampir kehabisan waktu.
Desember sudah dimulai lagi dengan cara yang berbeda. Aku lebih suka tertawa-tawa dengan diriku sendiri untuk hanya diam, padahal senyum kecilku diperjalanan menuju mesjid waktu itu belum usai. Tak ada lagi mata yang saling bertatapan. Kini yang aku temui hanyalah sepasang mata yang diam-diam mencuri pandang. Gembok yang menggantung indah di balik pagar pasti merindukan tanganku yang memperlakukannya dengan kasar ketika hendak bertamu. Lukisan dan jejeran foto, apa kabar? Masih disanakah kalian? Tiga betina yang selalu lapar di dalam kerangkeng besi, sudah makankah kalian?
Memutar album lama tak akan pernah ada habisnya. Melodi-melodi sendu yang sudah kukitabkan dalam partitur terlalu mengerikan untuk kembali dimainkan. Biarkan semuanya lenyap, seperti senyap deru langkah yang lupa berdiri tegap. Waktu yang ada kini adalah sisa harta yang paling berharga. Sekeping waktu yang pernah berlalu biar melengkapi potongan mozaik lainnya.
Desember, Desember, mari kita ciptakan lagi lagu dengan nada yang berbeda.
Desember, Desember, mari kita ciptakan lagi lagu dengan nada yang berbeda.
Thanks for reading
Tidak ada komentar:
Posting Komentar