Minggu, 29 Desember 2013

Lagi-Lagi Wanita

Kunjungan terakhir ke Padepokan Zafar Arif 286, Bogor. Bukan berarti aku tidak akan berkunjung lagi, bukan. Seperti biasa silaturahmi disana selalu begitu menyenangkan. Bungkus-bungkus rokok mulai berserakan, tanda pengajian segera dimulai.

Aku selalu menikmati setiap helaan nafas diiringi asap rokok. Oksigen bercampur dengan karbon secara bersamaan. Entahlah jadi apa nantinya di dalam tubuhku. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan kepadaku.

Point yang masih aku ingat betul adalah, bahwa wanita yang baik akan dijodohkan dengan lelaki yang baik. Lalu aku bertanya-tanya dalam hati dimana batas wanita bisa dianggap baik? Yang setiap pagi menyediakan kopi? Yang mampu mengerti pendapatan suami? Yang bisa masak makanan kesukaan suami?

Setelah itu beranjak ke point yang lebih tinggi tentang madrasatul'ula. Wanita sebagai seorang ibu bertanggung jawab penuh atas pendidikan bayi yang ada dalam kandungannya. Kelak apa pun yang wanita lakukan akan menentukan bagaimana si anak nantinya.

Bagaimana Imam Al Ghazali sanggup menghafal Al-qur'an diusia tujuh tahun, dan mampu menghafal ribuan kitab pada usia dua belas tahun? Ketika sahabat bertanya kepada beliau tentang kemampuannya: "Engkau hebat?" "Ibuku yang hebat." Jawab beliau.

Untuk takaran otak manusia sepertiku, terlalu banyak sekali hal-hal yang sulit dipahami. Setiap hari orang-orang menghasilkan anak yang kurang mendapatkan pendidikan semenjak di dalam rahim. Sekarang aku mulai mengerti wanita seperti apa yang layak dikategorikan baik.

Aku tidak pernah bermasalah dengan perkembangan teknologi, aku menikmatinya. Bagaimana gadget sanggup membantu sebagian kebutuhan manusia dalam beraktivitas. Oke, drama dimulai dari sini. Berapa banyak wanita yang sanggup membaca Al-qur'an dengan lancar beserta makhroj dan tajwid-nya? Bandingkan dengan berapa banyak wanita yang hafal dengan fasih-nya letak papan tombol qwerty pada gadget-nya?

Pernah terbayangkan akan seperti apa anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang fasih dengan tombol qwerty? Atau secerdas apa anak yang dilahirkan dari rahim seorang ibu yang gila mengkonsumsi layanan internet?

Berbicara tentang menambah ilmu pengetahuan. Jelas-jelas Al-qur'an sudah menyediakan semuanya. Mulai dari geografi, antropologi, sosiologi dan banyak lagi. Hanya sayangnya jangankan untuk mempelajari, kadang menyentuhnya pun hanya saat di bulan Ramadhan. Itu pun jika sedang tak ada kegiatan. Astagfirullah.

Aku tak pernah menyalahkan fenomena menggilanya pemakaian gadget dan internet. Aku termasuk salah satu korban fenomena tersebut. Menggumam di twitter, upload foto di instagram, berbagi moment di path, atau chatting via bbm, whatsapp, line dll. Selain makan sehari tiga kali, pemakaian internet menjadi salah satu kebututuhan pokok saat ini.

Bukankah pada awalnya peluncuran personal digital assistant adalah sebagai alat pembantu pemenuhan kebutuhan konsumen? Tapi pada kenyataannya sekarang ini terlalu banyak orang-orang yang bahkan dibuat budak oleh si assistant.

Mari salahkan diri sendiri. Jangan berpikir Yahudi terlalu pintar untuk menghancurkan aqidah akhlaq anak adam dengan tekhnologi. Kita lah yang kurang cerdas untuk membagi porsi.

Sudah mendapatkan hasil berapa perbandingan wanita yang mampu membaca Al-qur'an beserta makhroj dan tajwid dengan wanita yang hafal dan fasih letak papan tombol qwerty? Nampaknya hal itu sulit sekali untuk dijadikan perbandingan.

Aku tak pernah bermaksud menghakimi wanita. Tapi kelak, insya Allah jika panjang umur dan dikarunia oleh Allah, anak-anakku dan anak-anak kalian akan dilahirkan dari rahim seorang wanita, bukan pria. Maka untuk hal ini wanita bertanggung jawab penuh atas si anak setelah pria mencari nafkah yang hallal untuknya.

Lihatlah dengan mata kepala sendiri. Lihatlah senyum orang tua melihat kita bangun dari atas sajadah, bandingkan dengan seramnya picingan mata mereka setelah kita berlama-lama di depan komputer.

Terimakasih ibu. Terimakasih untuk seluruh ibu yang telah mendidik anak-anaknya dengan penuh ketaqwaan. Terimakasih untuk ibu yang rela menghabiskan hampir seluruh suaranya demi membangunkan anaknya sholat subuh. Terimakasih untuk seluruh ibu atas jasa-jasanya membangun fondasi yang baik untuk keimanan anak-anaknya.

Jika berbicara tentang jodoh mungkin kita tak akan sanggup untuk mengutak-ngatik kekuasaan Allah. Bercerminlah, kurang lebih seperti itu lah kelak seseorang yang akan menjadi jodoh kita, dan seperti itu lah kelak anak yang akan dihasilkan olehnya.
























Thanks for reading....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar