Ahh ujug-ujug, tak pernah terpikir sebelumnya akan menggunakan kosa kata itu. Aku tak bermaksud mempersulit untuk memahami kosa kata, tapi untuk yang, memang, belum mengetahuinya silahkan mencari tahu maknanya sebagai penambah kekayaan kosa kata.
Mari kita sudahi dengan hikmat epilog ujug-ujug ini dengan Kopi Giling Tirta 21. Aku sedang tidak menikmati secangkir kopi saat ini. Itu adalah papan nama sebuah kios yang aku dapati di pasar waktu mengantar ibu berbelanja dagangan warung. Aku menunggu ibu yang sedang berkeliling pasar, di sebuah kios tukang cabai dan bawang. Kedua bahan pokok yang digunakan dalam memasak dengan harga yang sangat labil belakangan ini. tiba-tiba harganya bisa melonjak tajam seperti termostat yang ditempel pada ketiak orang sakit demam yang tak kunjung reda selama tiga hari berturut-turut, dan belum mandi selama satu minggu. Tapi seketika tanpa diduga-duga terjun bebas seperti indeks prestasi semester tiga yang pernah aku dapatkan.
Di sebelah kiri kios tempat aku menunggu, ada papan nama Kopi Giling Tirta 21. Sebenarnya bukan papan nama itu yang menjadi perhatianku, tapi wanita yang sedang asik cemberut sambil bermain telepon genggam tepat di bawah papan nama itu. Tuhan memang penghibur yang ulung, di tengah bau campur aduk pasar dari setiap sudut, masih ada satu pemandangan yang tak pernah terlintas dalam sangkaan kepalaku. Beberapa menit kemudian pandanganku teralihkan pada tulisan di baju oblong seorang perempuan yang sedang menawar pete tepat di depan wajahku. "Dear, don't to angry, I don't meant to hurt you." Aku jadi senyum-senyum sendiri dengan takdir yang baru saja aku jalani.
Tepat dari belakangku terdengar suara lagu dangdut, sangat jelas, aku tahu judul lagu itu, Malam Terakhir karya Rhoma Irama si raja dangdut yang katanya tahun ini mau mencalonkan diri jadi Presiden RI periode 2014-2019. Satu blok di depanku ada kios tukang parut kelapa dengan mesin diesel yang bergemuruh sangat kasar. Suaranya lambang semangat pantang menyerah seorang lelaki untuk menafkahi anak dan istri. Disebelah kios tukang parut kelapa itu, entahlah, aku tak tahu kios apa. Penjaganya seorang remaja lelaki dengan baju oblong bersablon serigala dan bertuliskan ' Indonesia Hardcore' pada bagian depan, sedangkan sablon bagian belakangnya bertuliskan kalimat bahasa inggris, yang entah dimengerti atau tidak olehnya, Born to bleed, fighting to success. Lagu dangdut yang tadi sekarang sudah berubah jadi lagu yang aku tak tahu judulnya, tapi jika tak keliru, salah satu penggalan liriknya aku masih ingat, jugijagijugijagijug kereta berangkat, jugijagijugijagijug hatiku gembira. Lagu itu sekarang bercampur dengan suara mesin diesel yang ketukannya seperti double pedal pada lagu System Of A Down-B.Y.O.B. Mungkin seharusnya musik Hardcore di Indonesia memang harus mengawinkan gamelan dan double pedal, sehingga punya identitas sendiri di dalam aliran musik hardcore, seperti layaknya Slipknot menggunakan percussion instruments. Aih, aku jadi ingat lagu dangdut Malem Jum'at Kliwon yang dikawinkan dengan video klip Slipknot, atau biasa disebut dubbing.
Papan nama Kopi Giling Tirta 21 Sudah tak berpenghuni lagi, gadis yang tadi asik cemberut sambil memainkan telepon genggamnya entah pergi kemana tanpa meninggalkan salam. Aku termenung sendiri di kios tukang cabai. Ibu belum datang juga, rokok milikku sudah habis, mulutku menagih candu itu. Dasar anak nakal, belanjaan warung rokok ibu aku bongkar, aku buka satu bungkus Dji Sam Soe yang ada di dalamnya. Yang penting mulut berasap, urusan ibu ngomel atau tidak, bukan prioritas utama saat ini. Ealah, lagi asik merokok ibu datang bawa belanjang berkantung-kantung, katanya belanjanya sudah selesai. Ibu tanya nanti siang aku mau makan sama lauk apa. Aku bingung mau lauk apa, aku pilih lauk kesukaanku, sayur kacang tanah dan ikan asin besar dengan penampilan terbelah dua. Ehh kata ibu kacang tanahnya gak ada yang bagus, dia ganti beli kacang polong, ikan asinnya beli yang kecil.
Aku dan ibu bergegas pulang, meninggalkan kios tukang cabai, meninggalkan lagu dangdut yang entah sekarang sudah ganti lagu yang keberapa, dan suara mesin diesel yang sangat semangat memarut kelapa. Matahari melotot, membubarkan awan-awan sendu musim penghujan. Aku kelabakan bawa motor dengan banyak barang belanjaan. Ibu ujug-ujug ngomel sepanjang jalan, bukan karena rokonya untuk jualan di warung aku hisap, tapi karena ikatan sepuluh tumpuk kue bolu yang ia beli untuk kondangan kendur. Tukang bolunya tak ada, aku jadi pengganti tukang bolu mendengar ibu ngomel.
Thanks for reading...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar